"Ya, itu soal rasa, Yus. Kita kan hanya bisa melihat secara fisik. Ukuran manusia normal seperti kita, harusnya menyesal. Tapi kalau hati sudah diracuni nafsu amarah, maka yang muncul lima penyakit dalam hati manusia ; hawa, nafsu, dunia, syetan dan iblis. Letaknya di bawah dua tulang rusuk kita ini," ujar Gus Pri, sembari menunjukkan tangannya ke dada sebelah kiri.
"Kalau alasan keduo, apo dio, Tris?! tanya Bang Win yang masih ingin tahu.
"Masih dilanjut?!" tukas Tris, terkesan tidak berminat lagi membahas Sambo.
"Tanggung, Tris! Supaya kami juga tambah cerdas!" ujar Yus semangat.
Tris mencoba mengingat penjelasan awal yang sempat terputus. Sesaat menahan napas mengingat-ingat pembicaraan sebelumnya. Gus Pri kembali memancing kata terakhir obrolan sebelum terputus.
"Seingatku, tadi sudah sampai skenario perselingkuhan Kuat Makruf dan Putri, untuk menyelamatkan Sambo," ujar Gus Pri yang membuat Tris ingat kembali.
"Oke, Gus! Jadi skenario baru ini, tujuannya untuk menyelamatkan Sambo dari jeratan hukuman mati. Jadi hukuman ini akan berbalik ke Kuat Makruf dan Putri Candrawati," ujar Tris.
"Otomatis publik akan mengarahkan tuduhan kesalahan pada Kuat Makruf dan Putri yang telah merencanakan pembunuhan Yoshua, bukan Sambo!" sergah Gus Pri menambahi ujaran Tris.
Sebagian tamu ikut termangu dengan dialog malam itu. Tris melihat adanya kemungkinan skenario baru di balik cerita dalam kasus Sambo.
"Ngapo Sambo mesti diselamatke, Tris!? Dio tu kan sudah dipecat dari kesatuan Polri, jadi untuk apo dilindungi?!" Bang Win ingin mengetahui lebih jauh.
"Polisi itu kan hanya bajunya Sambo. Hanya lebel resminya saja, Bang Win!? Tapi isi otaknya, kekuasan Sambo bisa melebihi kewenangan Kapolri. Jadi hidupnya Sambo, masih sangat diperlukan banyak pihak. Dari kasus pembunuhan ini saja, sudah berapa banyak pejabat yang dirugikan?!" ujar Tris menebak sekenanya.