Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Jurnalis, Dosen UIN Raden Fatah Palembang, dan sekarang mengelola Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Rahmat Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan, Izinkan Saya Korupsi Dana Masjid Sebentar Saja

1 September 2022   08:00 Diperbarui: 1 September 2022   08:02 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua diam. Saya juga menjadi gagu. Kali itu, tak ada yang bisa kami jawab kecuali mengiyakan. Program ditarik mundur satu pekan, untuk memberi ruang Amn, mencari jalan keluar untuk mengembalikan uang. Semua berjalan dengan baik. Serah terima bendahara masjid terjadi. Nama baik Amn dan kami terselamatkan malam itu. Tinggal Amn, yang harus mencari pinjaman untuk mengembalikan uang Rp 2 juta kepada kami.

"Amn, kami sudah tolong kamu. Sekarang saatnya kami menagih janjimu. Satu pekan  ke depan uang dua juta itu harus ada. Sebab kalau tidak, wajah kita akan tercoreng di depan jemaah. Itu uang untuk hadiah dan uang tabungan bagi pemenang lomba anak-anak TK Al-quran," kami tegaskan kepada Amn, agar bisa secepatnya mengembalikan uang itu.

Entah, uang dari mana. Kami tak banyak bertanya, ketika dua hari menjelang acara, Amn menyerahkan uang Rp 2 juta kepada kami. Syukur alhamdulillah, program berjalan, nama Amn juga bersih. Tapi Amn tetap tidak bisa melupakan jasa kawan-kawan penyuluh agama, yang telah menyelamatkan nama diri dan keluarganya dari cercaan warga dan pengurus masjid.

Belum sempat kami bernapas lega, Farhan datang bersama sejumlah warga desa ke rumah Amn. Sebagian lagi ada beberapa pengurus masjid. Kebetulan, kami sedang berkumpul di situ, sehingga mau tidak mau kami harus terlibat.

"Amn, keluar!" sebuah teriakan yang seketika mengagetkan kami.

"Ada apa, Amn?" tanya kami penasaran.

Amn keluar. Kami mendampingi Amn menghadapi beberapa warga yang datang ke rumah itu.

"Pintar nian bohongi kami. Ternyata duit yang kamu kembalikan itu adalah duit panitia lomba TK Al-quran. Dasar maling. Awak anak kiai tapi maling!" Farhan sepertinya sedang ingin mempermalukan Amn di depan kami dan warga yang terus berdatangan. Farhan adalah satu angkatan dengan Amn di sebuah perguruan tinggi di Palembang. Di Kampus, keduanya memang selalu berbeda pendapat, termasuk ketika menentukan presiden mahasiswa, atau menyikapi kebijakan kampus.

"Han, bagaimana kalau kita masuk dulu, supaya aku bisa jelaskan tentang ini," Amn mencoba meredakan amarah Farhan.

"Tidak perlu kami masuk. Kami hanya ingin kamu ngaku, kalau uang yang kemarin malam dikembalikan ke bendahara masjid, memang uang panitia lomba TK-Alquran," ujar Farhan seolah ingin menggulingkan nama An di hadapan warga.

"Kalau itu benar, kau mau apa?" Amn.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun