Kesan saya, ini adalah buku bertema filsafat yang ringan. Ini serupa buku Shopie's World karangan Jostein Gaarder.Â
Saya menyenangi dialog-dialog antara pemuda dan filsuf yang bergizi dan mengalir. Terutama saat si filsuf mengajukan pertanyaan sederhana tentang makna kebebasan.
Kata si filsuf, kebebasan adalah berani dibenci atau tidak disukai. Sebab hanya dengan cara seperti itu, kita bisa mencapai kebahagiaan.Â
Sebagai individu, seorang manusia tidak mungkin mengingkari hukum alam bahwa akan selalu ada yang tidak menyukainya. Baik berupa nilai-nilai yang dia anut, sikap, bahkan penampilannya sekalipun. Tetapi tugas kita bukanlah untuk menghiraukankanya.Â
Tugas kita hanyalah berpegang pada nilai yang kita anut selama itu tidak melanggar nomra-norma yang bersifat universal.Â
Kita tidak bisa membuat orang lain bersikap sesuai kemauan kita. Seperti perumpaan si filsuf, tugas kita hanya membawa seekor kuda ke air, kita tidak bisa memaksanya untuk meminum air tersebut.
Kata Steve Jobs, jika kamu ingin menyenangkan semua orang, jangan jadi pemimpin tapi jadilah penjual es krim.Â
Dalam kasus ini, pemimpin yang dimaksud Jobs adalah seseorang yang menganut satu nilai. Pemimpin yang ia maksud adalah cerminan diri kita sendiri.
Saya mencatat beberapa prinsip penting yang bisa dijadikan pelajaran hidup.
Pertama, masa lalu tidaklah menentukan masa depan. Setiap orang punya lika-liku hidup masing-masing.Â
Jika masa lalu kita tidak menyenangkan, maka tidak perlu terlalu berlama-lama meratapinya. Apalagi sampai menjadikannya alasan untuk berhenti menapaki masa depan. Ingatlah satu hal bahwa masa depan sangat bergantung pada apa yang kita lakukan saat ini.