Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mencari Kebijaksanaan dari Buku "Berani Tidak Disukai"

30 Agustus 2021   17:23 Diperbarui: 1 September 2021   19:43 2256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku berani tidak disukai (Dokumentasi pribadi)

Beranikah kita menjadi orang yang tidak disukai? 

Pertanyaan itu nampaknya sederhana, tapi saya tidak yakin jawabannya juga akan sederhana. 

Banyak orang yang tidak siap menjalani hidup tanpa memikirkan pandangan orang lain, termasuk saya. 

Banyak yang tidak siap menerima kritik, pendapat, bahkan hinaan orang lain terhadap kehidupan yang mereka jalani.

Padahal, jika kita sedikit tenang dan mengubah cara pandang, maka kritikan itu laksana obat yang menyembuhkan kita. 

Jika kita bisa bersikap baik-baik saja terhadap hinaan, maka sebentar lagi kita akan menjadi manusia kuat yang tahan banting dan segera mengantarkan kita ke gerbang kebahagiaan sejati.

Saya baru saja membaca buku Berani Tidak Disukai, karangan penulis Jepang Ichiro Khisimi dan Fumitake Koga. 

Buku tersebut berisi panduan, nilai-nilai, serta ajaran filsafat yang dikembangkan oleh Psikolog Alfred Adler. 

Gagasan utamanya adalah berani menjadi diri sendiri. Maksudnya, menjadi seseorang yang berpegang teguh pada sutu nilai, meski dengan berpegang pada nilai itu, kita mungkin akan dibenci atau tidak disukai banyak orang.

Tapi, bukankah kita ini makhluk sosial yang mesti menjaga hubungan atau relasi dengan orang lain? Benar. Tapi hiduplah secara wajar dan bergaullah secara patut. Jangan pernah berfikir untuk menyenangkan semua orang. Sebab orang yang hidupnya ditujukan untuk menyenangkan orang lain, ia akan kehilangan dirinya sendiri.

Kesan saya, ini adalah buku bertema filsafat yang ringan. Ini serupa buku Shopie's World karangan Jostein Gaarder. 

Saya menyenangi dialog-dialog antara pemuda dan filsuf yang bergizi dan mengalir. Terutama saat si filsuf mengajukan pertanyaan sederhana tentang makna kebebasan.

Kata si filsuf, kebebasan adalah berani dibenci atau tidak disukai. Sebab hanya dengan cara seperti itu, kita bisa mencapai kebahagiaan. 

Sebagai individu, seorang manusia tidak mungkin mengingkari hukum alam bahwa akan selalu ada yang tidak menyukainya. Baik berupa nilai-nilai yang dia anut, sikap, bahkan penampilannya sekalipun. Tetapi tugas kita bukanlah untuk menghiraukankanya. 

Tugas kita hanyalah berpegang pada nilai yang kita anut selama itu tidak melanggar nomra-norma yang bersifat universal. 

Kita tidak bisa membuat orang lain bersikap sesuai kemauan kita. Seperti perumpaan si filsuf, tugas kita hanya membawa seekor kuda ke air, kita tidak bisa memaksanya untuk meminum air tersebut.

Kata Steve Jobs, jika kamu ingin menyenangkan semua orang, jangan jadi pemimpin tapi jadilah penjual es krim. 

Dalam kasus ini, pemimpin yang dimaksud Jobs adalah seseorang yang menganut satu nilai. Pemimpin yang ia maksud adalah cerminan diri kita sendiri.

Saya mencatat beberapa prinsip penting yang bisa dijadikan pelajaran hidup.

Pertama, masa lalu tidaklah menentukan masa depan. Setiap orang punya lika-liku hidup masing-masing. 

Jika masa lalu kita tidak menyenangkan, maka tidak perlu terlalu berlama-lama meratapinya. Apalagi sampai menjadikannya alasan untuk berhenti menapaki masa depan. Ingatlah satu hal bahwa masa depan sangat bergantung pada apa yang kita lakukan saat ini.

Kedua, hidup bukanlah kompetisi. Maksudnya, setiap orang punya garis start masing-masing. Jadi, tidak usah membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain. 

Barangkali sering terlintas perasaan iri saat melihat kawan, sahabat, saudara, atau siapapun di lingkaran kita meraih kesuksesan.

Boleh jadi sahabat kita sudah menjadi direktur, professor, pengusaha, menteri atau sebagainya. Perasaan iri dalam diri kita itu sangatlah manusiawi, tetapi iri yang baik adalah iri yang sifatnya positif. Artinya, iri yang mengantarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. 

Buku ini mengajak kita untuk tidak fokus melihat pencapaian orang lain. Tapi fokus pada tujuan kita. Tanyakan pada diri kita apa keinginan kita sebenarnya.

Jika kita sudah menentukan tujuan hidup kita, barulah kita merumuskan langkah-langkah serta berikhtiar untuk menggapainya. 

Tak melulu harus sesuai keinginan, tapi minimal kita sudah berusaha. Apapun hasilnya nanti, itulah hasil dari kerja-kerja kita selama ini. Berbahagialah atas pencapaian itu.

Ketiga, fokuslah pada hidup kita. Seorang kawan pernah berujar bahwa sebaik-baiknya malas, adalah malas mengurusi hidup orang lain. Ada benarnya juga kata kawan itu. 

Kita terlalu fokus pada hidup orang lain, kita sangat antusias mengomentari kehidupan mereka, sampai-sampai kita lupa mengurusi hidup kita sendiri.

Keempat, beranilah untuk menjadi orang biasa. Maksudnya, hiduplah secara normal, apa adanya, dan dalam batas kewajaran. Tak perlu terlihat superior. Tak perlu bersusah payah menampilkan kesan kepada orang lain bahwa kitalah yang terbaik.

Menjadi orang biasa tak mengubah nilai kita sebagai manusia. Sebab, mutiara tetaplah berharga meski di dalam lumpur sekalipun. 

Menjadi orang biasa tak menghalangi kita untuk meraih kesuksesan. Sebab sukses tak selalu bergantung pada privilige, melainkan ketekunan dan kerja keras.

Ada banyak orang biasa di sekitar kita yang sukses. Mereka menjalani hidup yang serba sulit, tapi tak mudah menyerah. 

Mereka tak mau dipaksa tunduk oleh keadaan. Mereka menentang garis takdir dengan kegigihan dan keuletan. Mereka fokus pada tujuan hidup sembari menikmati proses tanpa memikirkan pandangan sinis dari banyak orang.

Perihal kesuksesan, ungkapan Jack Ma seolah menjewer kita semua. 

Kata Jack Ma, "Saat kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu seperti kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi".

Ah sialan, benar juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun