Mohon tunggu...
Imon  Ajianto
Imon Ajianto Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kota Tegal

No eviden no history. Dengan menulis maka aku ada di dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kisah Migrasi Pedagang Telur Asin

17 Desember 2018   16:23 Diperbarui: 18 Desember 2018   07:32 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kios yang menjual telur asin sepi pembeli dok pri

Saat pemudik melewati Jalan Pantura dari barat maupun dari timur, sebagai daerah lintasan, saat melintas para pemudik banyak yang menyerbu untuk memborong produk unggulan tersebut. Selain untuk dinikmati di tempat, mereka membeli sebagai buah tangan untuk dibawa kepada sanak keluarga di kampung halaman.

Seperti yang dialami Rodiyah (50). Sejak tol dibangun di wilayah Brebes, ia yang berjualan telur asin dan produk khas Brebes lainnya di bahu ruas jalan Pantura Kecamatan Klampok Kabupaten Brebes, mulai "galau". Pasalnya, ia memprediksi jika tol dioperasikan, maka ia tak akan lagi mudah meraup untung berjualan. Tak akan ramai lagi kendaraan yang lewat dan mampir ke lapaknya. Bahkan di musim lebaran sekalipun.

Prediksi Rodiyah terbukti. Menurunnya omzet penjualan memaksa ibu yang memiliki empat orang anak itu membuatnya harus hengkang dari Klampok kira-kira tahun 2015. Ia bersama 13 pedagang dari 17 pedagang di jalur Klampok migrasi ke jalur pantura yang masih ramai dilewati kendaraan. 

Jalur Pantura Kaligangsa sampai Margadana menjadi pilihan untuk memindahkan dagangannya. Mereka kemudian menyewa kios-kios di pinggir jalan kepada warga di sepanjang Margadana sampai Kaligangsa sebelum pintu masuk tol Brexit. 

Tujuannya agar kendaraan yang akan menuju Jakarta sebelum masuk tol mau mampir ke kios mereka yang menjual selain telur asin, ada bawang merah, seperangkat poci, cobek, dan oleh-oleh lainnya.

Awalnya tahun 2016 saat beroperasinya tol Pejagan-Brebes Barat dan ruasnya baru sampai pintu Brebes Timur yang dikenal dengan Brexit, masa lebaran tahun itu merupakan masa yang tak terlupakan. Terjadinya penumpukan kendaraan hingga terjadi kemacetan di Brexit, justru membawa berkah bagi pedagang UKM. Dagangan mereka laris manis, yang menjual air mineral juga panen bahkan BBM mengalami kelangkaan sehingga penjualan di tingkat eceran harganya melonjak tinggi.

Namun seiring beroperasinya tol Brebes Timur-Pemalang secara fungsional, pemandangan tersebut sudah tidak terlihat lagi pada lebaran tahun 2018. Para pedagang tak lagi dapat meraup untung berlipat.

"Biasa lebaran semalam bisa Rp. 15  juta, tapi saat ini hari-hari biasa dapat Rp. 500 ribu susah banget," ungkap Rodiyah.

Sebelumnya Rodiyah berjualan telur asin sendirian di sepanjang jalan Kaligangsa. Namun karena dilihatnya ramai pembeli, banyak penduduk Kaligangsa yang meminta diajari berdagang telur asin. Demmikian pula pemilik lahan kios tempat Rodiyah menyewa lapak. Kini, orang-orang yang diajari berdagang telur asin kemudian membuka sendiri lapak mereka. Sehingga hal tersebut merubah peta persaingan penjualan telur asin.

"Orang sini pada dagang semua, dulu lebaran saya disini nih. Ya Allah Rp. 10 juta -- Rp. 10 juta semalam dapat. Setahun lalu sini belum ada lampu dan gelap tidak ada warung," ungkap Rodiyah. 

Lebaran tahun 2018 seiring dioperasionalkannya tol Brebes Timur-Pemalang secara fungsional, pemandangan tersebut tak terlihat lagi. Sebagian besar pemudik melewati tol fungsional yang berdampak pada pendapatan warga Brebes dan Kota Tegal yang jalannya biasa dilewati pemudik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun