"Maaf ya Mbak, sebagai sahabat Mas Bara yang tau apa apa tentang beliau saya sebenarnya juga ingin mencari Mbak Tia. Tetapi selalu tak sempat, eh malah Mbak Tia yang mencari saya".
      "Sekali lagi terimakasih ya, Fara"
Perempuan itu mengangguk.
Kami berpisah.
Gerimis menyambut manis, kulirik arloji di pergelangan tangan. Sebentar lagi waktu magrib. Mengelus cincin emas di jariku, kuciumi berulang kali. Mas Bara, aku akan pulang. Menjemput banyak sholat berjamaah yang telah kulewatkan. Aku akan pulang, menjemput banyak kesempatan yang mungkin masih tersisa.
-
      "Terimakasih sudah mau kembali, Tia"
Lelaki ini memelukku erat. Sesuatu yang amat kurindukan.
      "Terimakasih sudah mau menghapus rinduku".
Pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa begitu lega. Menyadari jika selama ini cintaku tak pernah bertepuk sebelah tangan.
      "Aku menyayangimu, Tia. Maaf aku tak pernah berani mengatakan hal itu. Aku menyayangimu, Tia. Semenjak kukaitkan kelopak bunga seruni di rambutmu kala itu. Aku mencintaimu".