Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bara

25 September 2018   16:20 Diperbarui: 25 September 2018   16:26 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku membuang jauh jauh pikiran tentang segala yang orang tuaku paksakan padaku. Kejatuhan bisnis, sakit abangku yang hampir tak bisa ditolong, aku yang tak bisa apa apa adalah sederet alasan sederhana mengapa aku tak bisa protes dengan keputusan mereka menjodohkanku dengan lelaki ini. Aku sendiri yakin bahwa  cinta bisa tumbuh seiring seringnya bertemu, cinta bisa berkecambah dengan setiap saat berjumpa, namun di saat aku mulai merangkak jatuh cinta, lelaki ini menghempaskanku dengan sia sia.

            "Tia, aku harap kamu baik baik saja"

Iya, aku lebih dari baik. Namun tidak saat ini, tidak dalam detik detik ini.

            "Kabari aku kalau kau sudah siap, ya Tia. Aku tak ingin semua orang menunggu. Kurasa ini adalah cara terbaik untuk membalas perjuangan ayah dan ibumu, Tia".

Aku mengangguk, pasrah dengan kata katanya yang berangsur menyakitkan.

            "Selepas acara kau oleh terbang sebebasnya, aku takkan tahan kau Tia. Aku tahu mimpimu begitu panjang. Tak apa tak kau libatkan aku, aku cukup tahu diri. Tugasku hanya menunggumu, menggenapi janji kemudian akan kucoba menjaga baik baik dirimu saat kau telah sah menjadi istriku. Aku sudah cukup bahagia Tia, maaf telah membuatmu menunda hal hal yang ingin kau capai".

Kurasa, aku menangis lebih keras mendengar kata katanya yang berubah melembut.

Bagaimana bisa aku akan membencimu, Mas Bara. Kau mencintai yang selain aku namun masih mau menerimaku dengan sangat baik.

Dia genggam jemariku.

            "Semuanya akan baik baik saja. Kita hanya perlu terlihat bahagia di hadapan keluarga. Tugas kita akan segera berakhir, Tia. Kau akan menciptakan dirimu sendiri setelah ini" Mas Bara meyakinkanku, lebih dalam.

Aku masih tersedu, seduhan kopi seakan melewati beku. Dalam hatiku aku yakin semua akan segera selesai, perasaanku juga akan usai. Semua hanya perkara waktu. Juga tentang aku yang tak ingin terus terusan mengharapkan Mas Bara akan berubah mencintaiku dengan penuh, tanpa basa basi, tanpa dalih tanggung jawab kepada orang tua. Semua akan menjadi sudah yang benar benar sudah, jika aku mau sedikit lebih sabar dalam mengalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun