Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Untuk Dihilangkan

4 Mei 2018   18:38 Diperbarui: 4 Mei 2018   22:51 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: lib.com.ua

Baru kuingat, iya memang seperti itu.

Semenjak masuk bangku kuliah, aku harus melepaskan segala perhiasan yang kupunya. Juga giwang emas pemberian mendiang nenekku. Giwang yang kata lelaki ini membuatku terlihat semakin cantik. Harus kutanggalkan demi biaya semester empatku waktu lalu.

"Aku mau melihatmu memakai giwang lagi" katanya seperti mengalihkan pembicaraan.

"Renjana, kekasihku. Aku mau berhenti merepotkanmu. Jangan lagi sibuk berlama lama memikirkan aku yang bahkan tak tahu kapan bisa menebus giwangmu. Aku ini ingin melihatmu berbahagia. Aku menginginkan untuk melihatmu kembali pada koleksi buku buku dan bunga. Aku tahu, aku tak bisa penuhi hal itu. Kamu terlalu mahal Renjana, kamu terlampau berharga untuk manusia yang tak sanggup memberimu bahagia sepertiku. Kamu punya hidup yang perlu kau bangun dengan hati hati. Kelak dari rahimmu akan lahir manusia manusia tangguh yang lucu, aku mau itu bukan karena aku".

Senja berangsur malam.

Menyebarkan hawa dingin yang menusuk tulang pinggang.

"Renjana, kamu dibesarkan bukan untuk manusia buruk sepertiku. Aku ini mudah sekali berubah. Aku takut melukaimu lebih dalam. Pulanglah Sayangku, aku mau memikirkanmu malam ini dengan tenang. Aku mau kamu tidur dengan cantik, jangan bengkakkan mata indahmu lagi dengan banyak air mata".

Dia memegang kedua bahuku.

"Pulang ya, sekarang. Buatkan coklat panas untuk bibirmu yang manis. Aku mau melihat Renjana semakin cantik karena tidak begadang malam ini".

Aku masih tersedu, kuremas tissuku yang telah menjadi bubur dalam genggaman.

"Bagaimana kau bisa melihatku bahagia sedang penyebab rasaku adalah kamu?" aku rebah dalam bahunya, membasahi sisi kirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun