Obrolan merekapun berlanjut membahas tentang perusahaan dan Pak Arsini menceritakan tentang pengalaman kerjanya setelah lulus S2, sebelum menjadi dosen tetap, dan kegiatan selain menjadi dosen. Sesekali mereka tertawa bersama. Sesekali Lina memerhatikan Pak Arsini yang tersenyum, oh betapa meleleh hatinya.
'gue yakin, Pak Arsini itu titisan dewa Yunani, njiir... ganteng bangett' Lina terus mengagumi paras Pak Arsini yang sedang duduk disebelahnya. Lina merasa Pak Arsini adalah sosok yang 'setara' dengan dirinya. Sebab, dilingkungan hidup Lina budaya Patriarki masih cukup kental, jadi sulit baginya untuk mendapatkan pasangan yang mau menerima dia tanpa harus memaksanya menjadi orang lain. Disisi lain, Lina jadi teringat Janji, mantan kekasihnya yang memutuskan dia 3 semester lalu...
-POV semester 3 saat Janji memutuskan hubungannya dengan Lina-
"Lin, maaf ya hubungan kita gak bisa dilanjut lagi" Lina sedang mengerjakan tugas kuliah ketika membaca pesan teks dari Janji, lelaki yang sudah menjalin hubungan selama 3 tahun dengannya.
"Maksud kamu apa, Janji?" Balas Lina. Tentu saja Lina merasa tidak terima dengan isi chat yang baru saja dibaca olehnya, terlebih isi chat itu tentang permintaan untuk putus. Tapi ia tidak ingin langsung tersulut emosi.
30 menit berlalu tugas yang dikerjakan telah selesai. Linapun kembali mengecek gawainya, menunggu balasan dari Janji.
Seperti berjalan diarea kuburan, gawainya sepi tanpa notifikasi sama sekali.
Karena tidak ingin dikendalikan oleh pikiran negatif, Lina menelpon Janji untuk menanyakan maksud isi chatnya 30 menit yang lalu.
Tuuuuttt... tuuuutttt... tuuuuttttt....Â
Sambungannya tiba-tiba terputus. Pertanda telepon diabaikan. Lina tak ingin menyerah, ia kembali menekkan tombol hijau pada kontak telepon yang bernama 'My Janji'
Tuuuutttt.... tuuuttttt... tuuuttttt....Â