"Yaelah bahasanya gitu amat" Lina merasa tersindir oleh ucapan Lova, "kan namanya juga kerjasama tim, gua sebagai ketua ada tugas, Viona, Bina, sama Sira lagi urus revisi surat izin sama Pak Arsini"
"Iya, iya.. Sorry" Ucap Lova sembari bangun dari posisi rebahan disofa ruang kerja mahasiswa, "tapi lu cocok jadi mandor sih, gua aja takut, hahaha"
"Sialan!" Ucap Lina sembari melempar selembaran list perlengkapan yang telah diremas kearah Lova.
"Tapi tanpa lo tim ini mungkin bakal kaya timnya Bumi, sih... kacau gua liatnya" Jawab Lova sembari mengacak-ngacak puncak kepala Lina.
Meski dikenal sebagai orang yang tegas dan perfectionist, Lina juga perempuan. Ia tersipu malu dengan pujian dan sikap Lova. Namun berusaha untuk menyembunyikannya, "apaan si lo, jangan pegang pegang!" Ucapnya sembari merapihkan rambut.
"Lin, semua sudah siap?" Tiba-tiba Pak Arsini masuk RKM sesaat sebelum Lova membuka pintu ruangan.
"Aman semua, pak" Jawab Lina, "Sebelumnya saya udah bikin ceklis perlengkapan dan udah dicek Lova. Semua udah masuk mobil" Lina mencari-cari bundelan kertas yang berisi ceklis perlengkapan yang ia lempar kearah Lova.
"Maaf, pak, tadi dikira ini kertas sampah, jadinya saya remes remes, gataunya ini kertas ceklis" Ucap Lova sembari menyodorkan selembaran lecak yang berisi ceklis perlengkapan.
"Lain kali tolong jangan asal ngeremas kertas ya, nanti malah surat izin yang kamu remas"
"Iya, maaf, pak" Lina memperhatikan Lova dan merasa tidak enak karena sebenarnya Linalah yang meremas kertas itu.
"Oke, Lina" Pak Arsini kembali mengarahkan pembicaraan kearah Lina, "Tadi saya sudah tanda tangan permohonan surat jalan dan dispensasi kalian selama sebulan kedepan, nanti kamu ambil difakultas ya"