Mohon tunggu...
Imelda Rahma
Imelda Rahma Mohon Tunggu... Atlet - Imelda Rahma Farida

Jangan berhenti menyerah, awali dengan doa barengi dengan usaha

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terima Kasih Alan

5 Maret 2020   07:18 Diperbarui: 5 Maret 2020   07:35 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengangguk,

 "Terimakasih lan, padahal gausah repot-repot soalnya aku punya kok, tapi makasih banget ya"

Alan tersenyum. Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan hingga sampai di rumah dengan keadaan selamat.

   Rasanya ingin ku luapkan semua rasa bahagiaku ini pada keluarga di rumah. Ibu yang selalu menjadi orang pertama tempat aku bercerita, ayah yang selalu bertanya apakah aku tidak berbuat ulah disana, dan adik yang selalu menanyakan apakah ke pulanganku dari suatu tempat membawa lolipop? Selalu saja begitu. Satu lagi kakak yang tidak kalah uniknya penampilan rambut gondrong dan tubuh kecil sedikit berisi yang membuat para wanita terpikat hatinya.

   Mungkin aku ini wanita yang sedikit berbeda dengan wanita lainnya. Itu opiniku, tetapi orang lain menilaiku bahwa aku ini wanita tulen yang dikekang harus menjadi wanita seutuhnya agar disukai banyak lelaki, tetapi aku tidak suka hal itu. Aku cenderung lebih menyukai hal-hal yang berbau alam meskipun pakaianku ini kebanyakan pakaian "Wanita banget". Aku pernah sempat berfikir tentang impianku yang benar-benar ingin dan harus kucapai. Cita-citaku ini menjadi seorang atlet cabang olahraga panjat tebing, kedengarannya aneh bagi sebagian orang tapi tidak menurutku.

   Larangan dari ayah yang membuatku menjadi tidak ingin melanjutkan keinginanku ini tapi disisi lain ada malaikat baik yang selalu mendukungku dan berkata "Ayo nak, ibu bersamamu" semangatku kembali mencuat saat ibu bilang begitu. Beruntungnya aku masih memiliki orang yang baik dan selalu menemaniku.

   Esok harinya aku bangun tidur lebih awal dibanding ibu. Entah ada roh apa yang masuk kedalam jiwa, tidak buang waktu lama aku sempatkan untuk mengambil air wudhu dan kulanjutkan ibadah dengan sholat subuh. Setelah semua siap untuk berkegiatan, kecuali ibu yang hanya diam dan membereskan rumah, aku pergi ke sekolah mengendarai motor yang masih kinclong karena kebetulan hadiah ulang tahun dari ayah bulan lalu.

   Kebiasaan Ziny digerbang sekolah pagi-pagi dia selalu menunggu kedatanganku . Jika ku terlambat 15 menit darinya, dia pasti ngomel dichat via whatsapp. Memang orang yang "Riweuh", kesalku. Tampak dari jauh seorang lelaki melambaikan tangan, aku hanya bengong dan memikirkan 

"Lambaian untuk siapa?" Ternyata lelaki itu memanggil namaku dengan kencang "Meiiiii", ku kenali suaranya oh yaaa dia Alan. Ngapain dia pagi-pagi sudah rusuh seperti Ziny, aku tidak menghiraukan, tapi Alan masih saja menghampiriku dengan membawa sebuah kotak kado.

"Ini untukmu!" Alan menjawab dengan mata melotot dan bibir ditarik keatas dengan lebar

"Aku tidak meminta apapun darimu" Kebingungan lagi sambil kujawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun