Mohon tunggu...
Imelda Rahma
Imelda Rahma Mohon Tunggu... Atlet - Imelda Rahma Farida

Jangan berhenti menyerah, awali dengan doa barengi dengan usaha

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terima Kasih Alan

5 Maret 2020   07:18 Diperbarui: 5 Maret 2020   07:35 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Angin berhembus menerbangkan pesawat kertas diatas puncak Mahameru. Kulihat danau bergelombang dengan tenang. Pagi hari itu begitu menenangkan dan menyejukkan hati yang hampa ini. Tanpa beban pikiran, sambil kuhirup udara yang berada di sekitarku.

Tiba-tiba datang  seorang perempuan muda. Sambil bertanya

"Ingin minum apa?" Aku menengok ke arahnya dan berkata

"Tidak usah, biar nanti aku buat sendiri".

Sembari duduk di pinggirku, dia menjawab lirih

 "Ok".

Ziny melemparkan sebuah batu ke arah danau itu sehingga menghasilkan suara "Plung..." dan percikan air. Ya dia Ziny, satu-satunya teman yang tidak pernah mau berhenti bercerita jika dia sedang bahagia, tapi selalu paling tidak mau bicara jika punya masalah dengan pacarnya. Ya sudahlah tidak apa-apa lagi pula aku tidak ingin membuatnya kesal jika aku selalu menanyakan permasalahan dia dengan pacarnya itu.

   Kalian belum tahu namaku kan? Tentu saja karena aku belum menyebutkan nama. Hai namaku Mei, lengkapnya Mei Rahmania Fadhilah. Orang seperti aku ini tidak terlalu fanatik soal cinta, haha menurutku hanya orang-orang alay yang terlalu sering memikirkan cinta, buang waktu berharga saja. Tak lama setelah itupun Ziny bertanya

"Kapan kamu akan mengajak ku ke gunung itu lagi?"

Sambil menghembuskan nafas,

"Huft... entahlah mungkin nanti"

Lalu Ziny memalingkan pandangannya ke sebuah ilalang dan beranjak dari tempat duduknya itu untuk mengambil ilalang. Dia kembali dengan mengepal beberapa ilalang itu dan memberiku satu tangkai ilalang. Kemudian dia menyodorkan handphone nya, menerima dengan menggrenyitkan dahi lalu ku tanya pada Ziny

"Untuk apa?"

Dengan cepat dia menjawab,

"Untuk kau fotokan aku lah, lumayan kan buat posting di instagram hahaha"

Aku mengangguk saja.

   "Hai Mei, Zin kalian masih disitu? Ayo kita siap siap pulang."

Suara seorang lelaki seraya menghentikanku yang sedang sibuk memotret Ziny. Tiba-tiba Ziny berteriak,

"Hei tunggu! Kita belum foto bersama"

Dengan mengangguk seolah mengiyakan dan aku berdiri disamping Ziny, lelaki itu ikut berdiri disampingku, tanpa sadar ternyata dia mencubit pipiku. Sontak aku kaget atas perilakunya. Lelaki itu bernama Alan, tinggi, putih, hidungnya mancung seperti artis Korea. Menurut cerita yang kudengar dari teman-teman, katanya Alan itu menyukaiku sejak lama, tapi aku biasa saja menghadapinya. Sesi foto pun terhenti saat semua teman teman yang lain mengajakku, Alan dan Ziny untuk segera pulang. Kami semua membereskan barang-barang, tenda dan sampah. Kemudian kami turun dari puncak gunung itu kurang lebih 2 jam untuk bisa mencapai kaki gunung Mahameru.

   Dua jam berlalu, kami pun sampai di kali gunung, semua teman-temanku beristirahat sejenak di sebuah posko atau gubuk yang mungkin dibuat oleh warga setempat. Alan yang sedari tadi berjalan mengiringiku tiba-tiba dia memberiku sebotol air mineral,

"Ini minumlah, aku tahu kamu haus"

Aku mengangguk,

 "Terimakasih lan, padahal gausah repot-repot soalnya aku punya kok, tapi makasih banget ya"

Alan tersenyum. Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan hingga sampai di rumah dengan keadaan selamat.

   Rasanya ingin ku luapkan semua rasa bahagiaku ini pada keluarga di rumah. Ibu yang selalu menjadi orang pertama tempat aku bercerita, ayah yang selalu bertanya apakah aku tidak berbuat ulah disana, dan adik yang selalu menanyakan apakah ke pulanganku dari suatu tempat membawa lolipop? Selalu saja begitu. Satu lagi kakak yang tidak kalah uniknya penampilan rambut gondrong dan tubuh kecil sedikit berisi yang membuat para wanita terpikat hatinya.

   Mungkin aku ini wanita yang sedikit berbeda dengan wanita lainnya. Itu opiniku, tetapi orang lain menilaiku bahwa aku ini wanita tulen yang dikekang harus menjadi wanita seutuhnya agar disukai banyak lelaki, tetapi aku tidak suka hal itu. Aku cenderung lebih menyukai hal-hal yang berbau alam meskipun pakaianku ini kebanyakan pakaian "Wanita banget". Aku pernah sempat berfikir tentang impianku yang benar-benar ingin dan harus kucapai. Cita-citaku ini menjadi seorang atlet cabang olahraga panjat tebing, kedengarannya aneh bagi sebagian orang tapi tidak menurutku.

   Larangan dari ayah yang membuatku menjadi tidak ingin melanjutkan keinginanku ini tapi disisi lain ada malaikat baik yang selalu mendukungku dan berkata "Ayo nak, ibu bersamamu" semangatku kembali mencuat saat ibu bilang begitu. Beruntungnya aku masih memiliki orang yang baik dan selalu menemaniku.

   Esok harinya aku bangun tidur lebih awal dibanding ibu. Entah ada roh apa yang masuk kedalam jiwa, tidak buang waktu lama aku sempatkan untuk mengambil air wudhu dan kulanjutkan ibadah dengan sholat subuh. Setelah semua siap untuk berkegiatan, kecuali ibu yang hanya diam dan membereskan rumah, aku pergi ke sekolah mengendarai motor yang masih kinclong karena kebetulan hadiah ulang tahun dari ayah bulan lalu.

   Kebiasaan Ziny digerbang sekolah pagi-pagi dia selalu menunggu kedatanganku . Jika ku terlambat 15 menit darinya, dia pasti ngomel dichat via whatsapp. Memang orang yang "Riweuh", kesalku. Tampak dari jauh seorang lelaki melambaikan tangan, aku hanya bengong dan memikirkan 

"Lambaian untuk siapa?" Ternyata lelaki itu memanggil namaku dengan kencang "Meiiiii", ku kenali suaranya oh yaaa dia Alan. Ngapain dia pagi-pagi sudah rusuh seperti Ziny, aku tidak menghiraukan, tapi Alan masih saja menghampiriku dengan membawa sebuah kotak kado.

"Ini untukmu!" Alan menjawab dengan mata melotot dan bibir ditarik keatas dengan lebar

"Aku tidak meminta apapun darimu" Kebingungan lagi sambil kujawab

"Tapi aku sudah berjanji untuk memberimu sesuatu"

"Oh yasudah, terimakasih ya"

Aku melanjutkan perjalanan menuju kelas.

  Sesampainya dikelas aku membayangkan apa yang ada di dalam kotak hadiah itu, tapi "Duarrrr" aku dikagetkan oleh Ziny. Dengan nada yang tinggi aku marahi dia "Apasih kamutuh!!!" Ziny menjawab dengan cengengesan "Ya maaf Mei" Tidak mau hal itu membuat aku jadi makin emosi, aku diam saja. Jam pelajaran berlalu sampai tiba bel pulang, aku tak sabar ingin segera membuka kado dari Alan itu dan ternyata itu adalah replika tebing yang ada di Sumatera "waaaaawwwww" aku memang sudah lama menginginkan replika ituu dan aku memang sangat berterimakasih pada Alan. Karena dia aku jadi punya replika yang tidak banyak orang tahu.

Hari itu aku seperti orang gila, senyum-senyum sendiri sambil melihat hadiah dari Alan.

"Alaaann alaannn, dasar cowo gajelas tapi baiknya minta ampun" Gumamku sambil masih tersenyum.

Kusimpan replika itu dimeja belajarku, supaya jadi penambah semangatku belajar dan penambah semangat untukku menjadi atlet. Karena aku merasa berhutang budi kepada Alan gara-gara dia memberiku hadiah, aku juga tidak mau jika tidak memberi hadiah kepadanya. Kuputuskan untuk memberi Alan hadiah dan kuingat dia sangat menginginkan jam tangan canggih yang biasa digunakan para pendaki untuk mengetahui suhu, ketinggian suatu tempat, dan tentu saja waktu.

Aku tidak mungkin membeli hadiah dengan menggunakan uang hasil minta dari orang tuaku, tentu saja aku harus menabung agar bisa mewujudkan itu. Setelah sekian lama aku menabung akhirnya aku berhasil membeli hadiah untuk Alan, dan ku yakin Alan pasti suka hadiah dariku ini. Kebetulan Alan akan berulang tahun tanggal 25 desember ini, jadi aku akan memberikan hadiah ini tepat dihari ulang tahunnya.

Hari ini 25 desember bertepatan dengan hari natal, aku bergegas untuk datang ke rumah Alan untuk bersilaturahmi dan memberikan hadiah kepada Alan. Kebetulan hari itu Alan merayakan bersama keluarga dan teman-temannya, tentu saja aku diundang. Aku datang kesana dan melihat Alan saat menoreh ke arahku, dia langsung memberikan senyuman yang lebar dan manis kepadaku. Sepertinya dia tambah senang saat aku datang dan aku ucapkan

"Selamat ulang tahun ya lan, nih" Sambil mengasongkan kado dariku ke Alan

"Waahhh, terimakasih Mei, kamu emang terbaik" Ucap Alan

"Hehe iyadongg, Meii gitulohh" Timbalku

"Ayo ikut sini" Alan mengajakku menuju orang tuanya, sontak saja aku kaget karena disitu pula Alan mengenalkanku kepada orang tua dan keluarganya. Jujur saja aku kaget, malu dan baru kali ini dikenalkan ke keluarga teman dekat apalagi cowo hehe. Kami berbincang bincang sampai waktu menunjukkan pukul 21.00, aku dengan yang lain berpamitan untuk pulang karena waktu sudah malam. Alan memaksaku agar dia diprbolehkan untuk mengantarkan aku pulang, tapi aku menolak karena aku juga bawa kendaraan sendiri dan tidak mau merepotkan Alan karena dia pasti sangat kelelahan. Alan kemudian mengiyakan tolakanku dan akupun bergegas pulang

"Sampai jumpa besok Alannnnn" Teriakku sambil mengendarai motor

"Iya Meiii hati-hati" Jawab Alan

Hari itu benar-benar hari yang bisa dibilang membuatku bahagia, dan sedikit melelahkan juga. Kemudian aku punya ide bagaimana kalau misalkan aku dan Alan pergi ke gunung Rinjani yang letaknya di Lombok. Yaaa itung itung menambah pengalamanku saja hihi. Setelah aku konfirmasi dengam Alan ternyata Alan setuju dengan keputusanku dan ku tak henti hentinya berkata terimakasih kepada Alan karena selalu menuruti apa kataku, dan apa yang aku mau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun