Mohon tunggu...
Imelda Mohamad
Imelda Mohamad Mohon Tunggu... Dokter - imelda

Seorang wanita, seorang ibu, seorang istri

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Stunting dan Cara Mencegahnya

22 Februari 2023   11:14 Diperbarui: 24 Februari 2023   09:17 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini ramai kita mendengar istilah STUNTING, baik di televisi, koran, bahkan di baliho yang terbentang dipinggir jalan pun membahas tentang stunting.

Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan stunting? Kok segitunya sampai heboh, setiap kali kepala daerah berpidato pasti ada stuntingnya, setiap kali ada kunjungan tim PKK ke RT/RW pasti dibahas tentang stunting.

Stunting = kerdil? Anak saya tingginya biasa-biasa saja normal, artinya gak stunting dong, atau anak saya pendek tapi selalu juara kelas, apakah anak saya termasuk stunting? 

Ini pertanyaan-pertanyaan yang pastinya banyak beredar di kalangan kita sebagai masyarakat awam. Jadi, untuk lebih jelasnya marilah kita membahas soal stunting pada tulisan di bawah ini.

Stunting merupakan sebuah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris, yang artinya adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat keurangan gizi kronis, sehingga membuat pertumbuhan tinggi anak mejadi kurang maksimal. Namun apakah stunting hanya diukur melalui tinggi badan anak? 

Tentu saja tidak, perkembangan otak anak yang terkena stunting juga tidak seoptimal dengan anak yang memiliki pertumbuhan normal lainnya. 

Intinya, bukan hanya fisik dari anak tersebut, melainkan juga daya pikir anak tersebut. Biasanya anak menjadi lambat dalam menerima pelajaran, tidak aktif seperti anak-anak yang lain.

Nah, trus apa pentingnya stunting sampai dijadikan program pemerintah? Pasti ada yang berpikir, soal anak ya urusan orang tuanya, kok pemerintah yang sibuk. Mau anak saya pendek kerdil kan urusan saya. Ya, di sinilah kita harus mulai berpikir luas kedepan. Mengapa stunting dijadikan program pemerintah.

Begini ya ibu-ibu (karena biasanya yang banyak bertanya pasti ibu-ibu kan hehe), kita bayangkan saja, andaikan sebuah keluarga memiliki anak 4 orang berserta ibu dan ayahnya. Anggaplah ayah ibunya berprofesi sebagai buruh di pabrik. 4 orang anak ini berusia 10 tahun, 8 tahun, 5 tahun dan 3 tahun. 

Orang tua dari anak-anak ini tentu saja ingin anaknya mempunyai kehidupan yang lebih layak dari kedua orang tuanya. Paling tidak salah satu dari keempat anaknya bisa menjadi seorang yang mempunyai pekerjaan tetap, paling tidak bisa menginjak bangku kuliah. Akan tetapi keempat anak ini mengalami kekurangan gizi yang kronis sehingga menyebabkan stunting, apakah mereka masih dapat meneruskan cita-cita kedua orang tuanya untuk merubah kondisi keluarga? Tentu saja tidak. 

Ini kita berbicara dalam lingkup keluarga saja, jika kita berbicara di lingkup kelurahan, kecamatan, kabupaten, bahkan negara, sama saja, hal inilah yang dikhawatirkan akan terjadi. Apa jadinya masa depan sebuah negara jika rata-rata anak yang ada di negara tersebut terkena stunting? Pasti tingkat keberhasilan anak disekolah dasar akan menurun, jika berbicara pendidikan tinggi akan sangat sedikit anak yang dapat menyelesaikan sekolah hingga kuliah. Otomatis tidak akan ada penerus-penerus bangsa dan negara yang diharapkan dapat menjadi guru, dokter, kepada daerah bahkan presiden.

Oke, sampai di sini ngerti kan?

Kita lanjut lagi.

Jika stunting berefek sedemikian dahsyat untuk masa depan keluarga dan bangsa kita, terus apa yang harus kita lakukan untuk menghindari stunting? 

Sebenarnya dari pembahasan diawal tadi sudah bisa kita simpulkan sih, stunting terjadi karena adanya kekurangan gizi yang kronis pada anak. 

Kronis di sini aritnya sudah berlansung lama bukan hanya beberapa minggu atau beberapa bulan saja, akan tetapi sampai bertahun-tahun. 

Nah, pertanyaan lagi, bagaimana cara kita mengetahui apakah anak kita gizinya sudah berkecukupan atau masih kekurangan? Oke, kita bahas lebih lanjut ya.

Inti dari pembahasan kita tentang stunting adalah, satu: gizi, dua: apakah gizinya cukup atau kurang, tiga: jika gizinya ternyata kurang bagaimana cara untuk mencukupinya, empat: sumber gizi bisa didapatkan dari mana saja.

Satu, apakah yang dimaskud dengan gizi?

Gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Jadi gizi adalah zat, dari mana zat-zat ini didapatkan yaitu dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari.

Pertanyaan kedua, apakah anak saya kebutuhan gizinya sudah mencukupi atau masih kurang? Bagaimana caranya mengetahui?

Oh iya, sebelum membahas tentang hal di atas, ada hal yang harus kita ketahui bersama, yaitu pemenuhan gizi pada anak dimulai saat anak ada dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun, dalam istilah yang biasa kita dengar adalah 1000 hari pertama kehidupan. Jadi, kita konsen masalah gizi anak bukan hanya pada saat anak sudah lahir, melainkan sejak anak tersebut ada di dalam kandungan.

Oke kita Kembali lagi, bagaimana cara menilai apakah anak kita sudah tercukupi kebutuhan gizinya atau belum. Untuk ciri-ciri dari anak kurang gizi sebenanrnya gampang saja untuk dilihat, seperti:

  • Untuk bayi, pertumbuhan bayi tidak berjalan seperti yang seharusnya, berat badannya tidak kunjung bertambah
  • Bayi sering merasa gelisah dan rewel
  • Untuk anak, berat badan dan tinggi badan anak di bawah kurva pertumbuhan
  • Nafsu makan kurang
  • Terlihat lesu dan mudah Lelah
  • Kulit dan rambut tampak kering, bahkan sampai rambut rontok
  • Jaringan lemak dan otot berkurang
  • Mulut dan gusi mudah terluka
  • Jika luka, proses penyembuhan luka lambat

Yang menjadi masalah, jika kita sudah menemukan kondisi-kondisi yang disebutkan di atas, artinya sudah terlambat. Anak dengan gejala-gejala di atas artinya sudah mengalami kekurangan gizi kronis atau stunting.

Jadi, untuk mengetahui apakah anak kita gizinya sudah tercukupi atau belum, cara yang paling baik adalah, kita harus mengetahui zat-zat gizi apa saja yang harusnya dipenuhi pada anak. Yuk, kita bahas satu per satu.

Zat gizi yang harus dipenuhi untuk anak sejak dalam kadungan sampai 1000 hari kehiduoan adalah protein, karbohidrat, vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi, seng, AA, DHA, sphingomyelin, sialic acid dan asam-asam amino seperti tyrosine dan tryptophan. 

Nah dari mana saja kita bisa mendapatkan zat-zat gizi ini? 

Sebenarnya mudah saja, apalagi di negri Indonesia yang sumber daya alamnya melimpah ruah. Untuk bayi dalam kandungan tentu saja zat-zat gizi ini harus dipenuhi dari asupan makanan sang ibu. 

Oleh karena itu mencegah stunting bukan hanya memberikan makanan bergizi pada anak saja, akan tetapi juga memperhatikan asupan gizi pada ibu hamil.

Konsumsi protein yang cukup pada masa kehamilan sangay penting untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap abgian tubuh bayi yang ada dalam kandungan. 

Asupan protein bisa didapatkan dari ayam, daging sapi, ikan dan telur, dapat juga mengkonsumsi protein dari kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang hijau, kacangkedelai, susu, tempe dan tahu.

Selain itu asupan asam folat juag sangat penting bagi ibu hamil. Mengapa demikian?

Folat yang disebut juga Vitamin B9 dapat menurunkan risiko/mencegah cacat tabung saraf pada bayi, selain itu folat juga dibtuhkan untuk memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia jenis tertentu. 

Asam folat terdapat pada sayuran berdaun seperti bayam, lobak cina, kacang kering dan kacang polong, seral, serta buah-buahan dan sayur tertentu seperti kentang, tomat, jeruk, adalah sumber yang kaya akan folat. Telur, hari dan produk gandum juga termasuk bahan makanan yang mengandung banyak asam folat.

Sekarang pada saat berakhir masa kehamilan, bayi telah lahir, bagaimana cara kita mencukupi asupan gizi untuknya? Makanan yang paling direkomendasikan untuk bayi sampai usia 6 bulan adalah Air Susu Ibu (ASI).

Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan sangat dianjurkan oleh WHO, tanpa menambahkan bahan makanan atau minuman lain, kecuali pemberian obat jika sakit. 

Kompsisi ASI sudah sangat lengkap untuk bayi sampai usi 6 bulan. Jadi ibu-ibu tidak perlu menambahkan bahan makanan lain karena takut bayi kelaparan atau gizinya tidak tercukupi.

Pada saat bayi berusia di atas 6 bulan, bayi sudah harus mendapatkan makanan pendamping ASI, karena pada usia ini ASI saja tidak cukup untuk mensuplai kebutuhan gizi anak. 

Makanan tambahan diberikan dalam bentuk lumat dan randah serat, misaknya pisang yang dilumatkan, sari jeruk, labu, papaya dan biscuit yang dilumatkan dengan susu. 

Ingat ya, jangan menambahkan MSG atau penyedap makanan pada makanan bayi, untuk penggantinya kita bisa menggunakan keju atau kaldu. Makanan dibuat bervariasi agar anak tidak bosan.

Nah saat anak menginjak usia 1-5 tahun, anak sudah harus makan seperti pola makan keluarga, yaitu sarapan, makan siang, makan malam dan 2 kali selingan. 

Harus diingat lagi, selalu variasikan makanan yang diberikan meliputi makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. usahakan protein yang diberikan juga berganti sehingga semua zat gizi terpenuhi.

Demikian pembahasan kita mengenai stunting dan cara mencegahnya. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat terutama bagi kita ibu-ibu yang sedang merawat dan mendidik calon-calon pemimpin bangsa.

Semangat ya ibu-ibu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun