Akibatnya kader militan dibawahnya terkonstruk cara berpikirnya untuk selalu skeptis terhadap apa yang disampaikan atasannya, bahkan ada yang paranoid atas keberadaannya menjadi kader HMI. Meskipun semuanya hanya sebatas retorika mimbar yang hilang ditelan angin.
Selanjutnya sebagai bahan renungan yang bersifat solusi, aku rasa sangat perlu untuk membentuk pemimpin yang tidak hanya karismatik, melainkan membina dan atau membentuk pemimpin yang berkriteria sebagai berikut:
Pertama, mempuyai karakter (character) atau dalam bahasa Indonesia sering dikenal dengan budi luhur, dalam Islam disebut bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, mempunyai keteguhan hati. Maksudnya jika dia berdoa “Ya Tuhan berilah saya petunjuk dan kemampuan untuk mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah”.
Ketiga, mempunyai kejujuran. Dalam artian jujur bukan dalam hal materi, melainkan sebuah ketulusan hati dan komitmen diri untuk menyatakan yang sebenarnya. Jika dia setuju maka bilang setuju, bila “iya” maka bilang “iya”, bila “tidak” mengatakan “tidak”, dan bila dalam keadaan ragu dia mengekspresikan diri dengan “diam”.
Keempat, mempunyai kemampuan (capability). Dan yang terakhir adalah mempunyai kecakapan. Susunan kriteria pemimpin ini adalah susunan yang benar, memang banyak yang dua terakhir ini seringkali sama kebanyakan orang ditaruh dalam tingkatan utama. Tapi disini tidak, sebab kemampuan dan kecakapan tanpa ada kontrol dari tiga kriteria sebelumnya akan membuat atau menjadikan pemimpin urakan dan arogan.
Semoga tulisan gnawur tapi berisi ini masih tetap memberikan kenikmatan terhadap kita dalam menyeruput kopi. Selamat menikmati!!!
*Pengurus Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cab. Pamekasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H