Selanjutnya dari tujuan HMI bukan hanya membentuk pribadi kader berkualitas saja, namun fungsi lebih lanjut dari "insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam" adalah bartanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.Â
Dimana sinonim dari "masyarakat adil makmur" ialah "masyarkat yang berdasarkan pancasila" secara tersirat dari kelanjutan fungsi insan-cita tersebut gerakan dan pejuangannya dilakukan di bumi Negara Republik Indonesia (A. Dahlan Ranuwiharjo, hlm. 22).Â
Hal ini merupakan konfrom dari Mukadimah Angaran Dasar HMI yang bertekad meberikan bakti dharmanya untuk menwujudkan nilai-nilai Keislaman dan pancasila (sebagai bangsa Indonesia) sebagai bentuk mengisi dan memaknai kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Mukaddimah AD HMI dalam Kongres XXIX, hlm. 69).
Organisasi yang memposisikan diri sebagai organisasi kader ini telah membuatku lebih bersemangat untuk belajar dan berjuang. Apalagi dalam latihan kader I dan setelah latihan kader I tersebut banyak tambahan pengetahuan yang tidak aku ketahui sebelumnya. Motivasi dari senior dimana-mana dengan mengangungkan para alumni HMI yang luar biasa, sebut saja Nurcholish Madjid, Ahmad Wahib, Jhohan Effendy, dan yang lain-lain.
Sehingga statemen "HMI Menjawab Tantangan Zaman" berkibar dalam alam bawah sadar para kader. Mengapa tidak? Kader HMI memang dipersiapkan untuk bisa berdialog secara aktif dengan lingkungan serta secara positif dan kreatif melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam sikap dan pola pikir yang baru untuk kemudian diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat baik sebagai individu (kader HMI) maupun secara kompleks sebagai warga negara Indonesia.
Dengan demikian menampilkan sikap dan pola pikir kader HMI, yang sejak dini telah mengemban nilai-nilai keislaman harus mengejewantahkan nilai-nilai Islam tersebut secara tepat dan relevan, sehingga posisi dan peran kader HMI dari waktu ke waktu senantiasa berada dalam kebulatan eksistensi yang teruji aktualisasinya (M. Saleh Khalid, hlm. 36).Â
Tentunya pengejawantahan sikap integratif dengan memposisikan diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa, serta penegasan orientasi kualitatifnya bertitik tolak pada analisis tujuan HMI dikaitkan dengan kecenderungan-kecenderungan dalam kehidupan bangsa.
Dasar berpikir yang demikian akhirnya tiba kepada beberapa kebijaksanaan. Kabijasanaan-kebijaksanaan tersebut adalah: Bahwa hakikat tujuan HMI identik dengan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.Â
Dalam hal ini, hakikat insan-cita HMI sebagai sasaran pencapaian Tujuan HMI merupakan Kader Bangsa sekaligus kader Pembangunan dalam arti yang sebenarnya.
HMI dan segala sasaran pencapainya merupakan organisasi kader, yang para kadernya (seharusnya) sebagaimana yang diceritakan oleh paman dulu. Bisa menampilkan kualitas keakademisannya, berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, kritis, dll.
Pencipta, mampu melihat peluang lebih dari sekedar yang telah ada dan menciptakan hal-hal baru yang lebih baik dengan tetap mengacu terhadap yang telah ada. Dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.Â