Untuk memulai tulisan ini, aku ingin bercerita tentang darimana dan mengapa aku memilih berkader di oraganisasi mahasiswa tertua di Indonesia yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ketika itu tahun 2009, aku masih duduk dibangku madrasah tsanawiyah, aku sering diceritai oleh pamanku bahwa besok ketika aku sekolah di perguruan tinggi akan bertemu dengan berbagai organisasi kemahasiswaan yang salah satunya adalah HMI.
(pada waktu itu dia memang tidak menyebutkan apa saja organisasi kemahasiswaan itu, entah apa memang ingin menyembunyikan atau memang hanya ingin mengenalkan aku pada organisasi yang disebutkan, bukan untuk yang lain-lain) dia bercerita dengan segala kemampuannya berfantasi, bahwa di HMI adalah tempatnya para pemikir modern dan kebanyakan para kadernya mempunyai kemampuan berpikir yang luas, kritis, dinamis, dan inovatif.
Aku yang cupu dan tidak mengerti apa-apa hanya bisa mengangguk asal mengangguk dari setiap patah kata yang paman sampaikan, apalagi saat dia bercerita tentang ke-asikannya berdiskusi dengan kawan-kawannya, begitu dia menyebutnya dulu, di warung kopi, katanya tak ada pembicaraan bersama mereka yang tidak berlandasan, semua yang dibicarakan mempunyai isi dan bermakna dalam.
Begitupun dengan setiap patah kata yang disampaikan oleh dia, sebentar -- sebentar mengeluarkan pernyataan tokoh ini dan tokoh itu untuk menguatkan argumennya. Dan tidak jarang dia menyuruh aku untuk membaca agar wawasanku semakin luas dan dinamis, juga dia tidak hanya menyuruh membaca, adakalanya dia mengarahkanku pada buku apa yang harus aku baca, mula-mula dia memukadimahiku agar aku tertarik membaca buku tersebut.
Dengan itu aku menjadi mempunyai spirit untuk belajar dan cepat masuk ke perguruan tinggi untuk segara masuk HMI. Bukan untuk belajar di kampus dengan ruang berbentuk kotak, bangku berbaris bersaf-saf menghadap papan tulis dan lengkap disampingnya meja dosen. Melainkan untuk belajar bersama di HMI.
***
Fantasi yang diceritakan paman pada masa itu ternyata bukan sebuah fantasi seperti di negeri dongen. Tahun 2013 aku menemukan semua cerita itu nyata adanya, bersentuhan secara langsung ketika aku ikut latihan kader I (basic training), latihan yang menggodok dan memutar-mutar pemikiran.
Dengan para narasumber yang hebat dan berkualitas aku menjadi percaya bahwa HMI mencetak kader intelek -- religius. Dan dari Latihan Kader I ini aku bisa memahami mengapa organisasi tersebut harus dibentuk dan untuk apa dibentuk.
Sederhana namun progresif alasan organisasi kemahasiswaan ini dibentuk, untuk menciptakan kader yang peduli terhadap kondisi bangsa dan keadaan umat Islam. Dengan membina insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Jelas progresif, berdasar pada anggota HMI "Mahasiswa" maka HMI berupaya untuk membina dan mengembangkan ide, bakat dan potensi yang mendidik individu-individu, pribadi-pribadi para anggota serta membina untuk mencapai tujuan dengan cara perjuangan yang benar dan efektif. Mengapa harus pribadi kader yang menjadi objek tujuan HMI?Â
Karena HMI bukan organisasi massa dan apalagi sebagai organisasi kekuatan politik (praktis), melainkan organisasi kader yang mengedepankan kualitas kader dalam keilmuan bukan kuantitas kader untuk menggiring massa.