“Alif.”
“Rido.”
Satu yang kutemukan dari lelaki di depanku adalah ketenangan. Kutaksir mungkin usianya menjelang 30an. Lelaki dewasa, huh!
“Mas Alif ini calon suamiku, Kang dan Kami akan menikah dua minggu lagi.”
Tubuhku menegang seketika. Secepat kilat aku menoleh dan menemukan Mentari yang mengulas senyum bahagia. “Eh, nanti Kang Rido datang ya,”
Bohong-bohong!
Ya Tuhan, ini mimpi kan?
“Eh, Mas bawa undangan nggak? Kalau ada kasih Kang Rido biar nanti dia bisa dat…”
Aku tak dapat lagi mendengar kelanjutan kata-kata Mentari. Karena selanjutnya yang kutahu kegelapan menyapaku dan sedetik sebelum tubuhku ambruk masih kudengar teriakan panik Mentari.
Ah, menyakitkan sekali kisah cintaku ini…
***