Bergegas aku menghambur ke pelukan Papa. Kalau bukan karena Papa, sepertinya aku takkan sampai di sini. “Makasih ya, Pa.”
Papa tersenyum. “Selamat ya, Dek. Adek hebat,”
Aku manggut-manggut kegirangan lalu melepaskan pelukan. “Iya.”
“Dek, Mama juga minta maaf ya,”
Aku berbalik lalu menatap Mama. “Papa itu udah sering bilangin Mama kalau Adek pasti punya hal lain yang diminati. Tapi Mama masih aja ngeyel. Maksa Adek kayak Kakak. Padahal kalian beda. Maafin Mama ya, Dek.”
Kepalaku mengangguk lalu tersenyum. “Iya, Ma.” Ucapku sembari memeluknya. Hari ini aku benar-benar senang. Bahagia membuncah di hati.
Yes, akhirnya aku bisa kan bikin Mama dan Papa bangga kan?
***
Lampung, Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H