“Orang tua ngomong itu harusnya didengerin, Dek! Bukan malah masuk kuping kanan keluar kuping kiri!” omel Mama lagi dengan wajah bertekuk.
Aku manyun. Ah, Mama ngeselin amat sih! Nggak capek aja ngomel mulu? Nggak tahu orang lapar apa, gumamku dalam hati.
Kulirik jam dinding yang berada di atas layar TV. Ada kali ya lima belas menit lebih, aku diomelin Mama. Ini semua sih gara-gara nilai mid semester yang baru dibagi Bu Guru di sekolah. Aku baru juga sampai rumah ketika Mama sudah meminta lembar nila-nilai ujian mid semesterku. Padahal tadi aku sudah niat, takkan secepatnya memberikan pada Mama. Tapi apa daya, Mama justru sudah menunggu lebih dulu. Tak ada pilihan kan selain menyerahkan padanya. Meski ya aku tahu akan berakhir seperti ini.
“Ma, udahan sih ngomelnya. Aku lapar nih! Dari pulang sekolah udah ditahan di sini aja,” celetukku kemudian.
“Alasan aja!” cibir Mama. “Ya udah sana! Minta tolong Bi Ratmi suruh nyiapin,”
Bergegas aku bangkit dari sofa dan melangkah meninggalkan Mama menuju dapur. Menjauh dari Mamaitu, lebih cepat lebih baik. Namun baru beberapa langkah, Mama kembali berteriak,
“Dek, ganti baju dulu! ck, masa yang kayak gini harus Mama bilangin terus. Kakak kamu aja pas umur kamu udah ngerti. Mama tuh nggak perlu ngomong berkali-kali.”
Argh, Mama rese! Harus ya Kakak lagi! Kakak lagi!
Nyebelin, huh!
***
Perkenalkan namaku Lilian. Aku anak bungsu. Aku punya seorang kakak yang bernama Jasmine. Kakakku ini kakak yang baik juga sempurna. Prestasinya banyak. Nggak pernah absen juara kelas. Murid teladan. Hampir satu sekolah mengenal Kak Jasmine. Pokoknya keren.