Aku terlonjak kaget. Mama tiba-tiba memelukku saat aku baru tiba di rumah setelah pulang sekolah. “Ya ampun, Dek. Mama bangga sama Adek deh!”
Aku melongo. Bingung.
“Adek hebat! Adek keren! Maafin Mama ya, Dek!”
Aku garuk-garuk kepala semakin bingung. Ini Mama salah makan apa ya?
“Mama kenapa sih?” tanyaku setelah ia melepaskan pelukannya.
Mama tersenyum lalu menarik tubuhku ke sofa lalu menyodorkan amplop putih ke arahku. Masih dengan raut bingung, kubuka amplop tersebut. Tak lama aku terbelalak membaca isi surat itu.
“I—ini beneran, Ma?”
Mama mengangguk senang. “Iya dong!”
“Nggak bohong?”
“Nggak, Dek. Papa udah telepon ke panitia langsung kemarin, dan emang iya karya Adek yang dikirim Om Ray dapat juara pertama.” Papa muncul dari arah kamar. Ia tersenyum lebar padaku.
Aku terbeliak. Kaget jelas, bangga apalagi. Bahagia nggak terkira. Rasanya campur aduk aja. Ah, akhirnya, aku bisa menunjukkan prestasi.