Aku menduga-duga, hal apa yang akan dikatakan Ari padaku. Yang pasti kabar bahagia. Ya, aku yakin itu. Selama lima tahun pacaran, baru 6 bulan terakhir ini ia mulai menunjukkan keseriusannya dengan hubungan kami.
Hari itu aku bersiap dengan penampilan terbaik. Aku bahkan memoles wajah cukup lama. Aku harus cantik sore ini, bisikku dalam hati.
Dan tepatlah dugaanku. Ada hal berbeda yang kutemui saat sudah berada di depan café. Café ditata dengan sangat indah. Penuh dengan hiasan bunga warna- warni yang mendominasi keseluruhan ruangan. Selain itu café juga terlihat sepi. Tak nampak satu orang pengunjung pun, padahal biasanya saat- saat seperti ini café justru melayani banyak pengunjung. Ada apa ini?
Jantungku berdegup kencang. Seingatku hari ini bukan hari ulang tahun juga bukan hari kami jadian. Jadi ada apa, benakku kembali menduga- duga kemungkinan yang akan terjadi.
Tiba- tiba aku teringat sosok wanita di halte yang duduk tepat di sebelahku saat aku menuju kemari. Wajahnya berseri- seri saat melakukan pembicaraan via telepon. Entah dengan siapa, tetapi aku sempat mencuri dengar jika dia tak henti berbicara tentang rencana pernikahannya yang akan segera digelar bulan depan.
Akan kah Ari? Ah sudahlah…
Cepat- cepat kutepis pikiran yang semakin ngawur. Aku mempercepat langkah masuk ke dalam café. Seorang pelayan yang berdiri tak jauh dari pintu menyambutku dengan senyuman ramah. Ia membawaku ke sebuah meja yang telah ditata dengan apik. Tampak Ari berdiri di sana dengan senyum terulas di bibir serta mata yang tak lepas terus menatapku.
Aku tersipu sekaligus bingung. Namun belum sempat kuutarakan isi kepalaku, kejutan kembali hadir. Dari pintu belakang cafe keluarga besarku masuk. Ayah, ibu, tante, om juga beberapa sepupu dekatku.
Aku terbelalak tak percaya. “I—ini…”
Sontak pandanganku kembali beralih ke Ari. Ia masih di posisi semula dengan senyum yang juga masih terulas di bibir. Terlihat sedikit gugup, tetapi dia berusaha bersikap tenang.
Tiba- tiba Ari berlutut. Tangannya merogoh sesuatu dari saku celana lalu mengulurkan sebuah kotak beludru berwarna merah. Mataku melebar seketika. Bukan, bukan kotaknya yang mengejutkanku tetapi apa yang ada di dalam kotak tersebut. Cincin…