“Pak, pak Nu—Nuri, Pak.”
Raut cemas dan panik istrinya seketika menular. Pikiran buruk berkelebat di benak Darno. “Nu—nuri kenapa, Bu? Ada apa dengannya? Nu—nuri baik- baik aja kan?”
“Nu-nuri di kan- kantor po-lisi, Pak.”
Darno terbelalak, “Kantor polisi?”
“Iya, Pak. Nuri ketahuan maling HP.”
“Masya allah, Nuri!” Darno menggeleng tak percaya. Anaknya nekat. Padahal ia mengira pembicaraan minggu lalu sudah berakhir. Nuri tak merengek meminta HP. Anak itu terlihat baik- baik saja.
Tapi siapa sangka?
“Ayo, Pak kita ke kantor polisi sekarang.” Ajak istrinya seraya menarik tangan Darno. Darno menahan gerakan tersebut membuat istrinya mengernyit bingung.
“Sabar, Bu.” Katanya kemudian, “Aku tak cari pinjeman dulu. Nanti di sana pasti dimintai duit tebusan. Aku nggak punya duit kalau sekarang.”
Dan istrinya hanya bisa menunduk lemah. Iya, mereka tak punya duit sekarang!
****