Kutepis tangannya yang hendak menyentuh dahiku. "Aku baik- baik saja, Kay."
Kay mendesah. "Baiklah, kalau begitu kita berangkat bersama, "
Belum satu ucapan balasan keluar dari bibirku, Kay sudah menggenggam tanganku dan membawaku mengikutinya. Aku hanya dapat mendengus sebal, Kay tetaplah Kay. Tidak ada boleh ada kata penolakan baginya.
"Alexa, "
Ah, manusia ini. Lagi- lagi menemukanku. Padahal sudah kurancang sedari tadi, pada jam istirahat aku memilih bersembunyi di perpustakaan sekolah daripada harus melihat wajahnya. Sungguh aku masih enggan menyapanya.
"Kau.., ah bagaimana bisa menemukanku," desahku frustasi. Benar- benar tak bisa menghindarinya sepertinya.
Ia tersenyum." Tidak sulit, mencarimu terlalu mudah."
Aku mendelik. Â "Ah, kau pasti menggunakan alat ayahmu yang terbaru! "
Kay tertawa, "Al, kalau ingin bersembunyi dariku matikan GPS pada watchmu."
Sial, gerutuku dalam hati sambil mengecek alat dipergelangan tanganku. Double sial, ternyata aku lupa menonaktifkannya, jelas saja Kay tahu keberadaanku.
"Fine, apa yang terjadi padamu? "Tanyanya kembali.