Mohon tunggu...
imanuel joseph
imanuel joseph Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pelajar

Untuk Tugas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yakin Jual ginjalmu ?

8 Oktober 2019   00:13 Diperbarui: 8 Oktober 2019   00:12 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dewasa ini kita sering mendengar jokes tentang "Jual ginjal". Harga organ dalam Seperti ginjal dan  sebagainya tersebut sangatlah mahal dengan harga yang saya temukan mencapa Rpi 2,4 Miliar. 

Harga yang sangat fantastis. Namun hal itu ternyata Ilegal karena menurut Pasal 64 ayat (3) UU 36/2009, yang menyebutkan bahwa organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

Dari tadi kita membicarakan tentang jual beli organ yang pastilah sangat berhubungan dengan transplantasi organ. Apa itu transpalntasi organ?. Transplantasi organ adalah operasi untuk memindahkan organ yang sehat dari seseorang untuk ditransplantasikan ke orang lain yang organnya bermasalah atau rusak. Hal ini biasanya dapat menyelamatkan hidup orang yang menerima transplantasi organ

Tonggak awal dalam transplantasi ginjal dimulai pada abad ke-18 menurut para dokter modern. Pada masa itu para peneliti memulai eksperimen pada manusia maupun hewan, namun hasil yang didapatkan kurang memuasakan. 

Titik terang pada Oprasi transplantasi ginjal akhirnya mulai terlihat ketika tahun 1954 di Amerika, tepatnya di daerah Boston, Massachusetts. Dr Joseph Murray berhasil mentransplasikan Ginjal.lalu semakin lama semakin berkembang dan dimulai transpalntasi pankreas, liver, dan yang menjadi tujuan paling besarpun tergapai yaitu Transplantasi Jantung

Tidak hanya hal yang menggembirakaan saja mengenai Transplantasi Organ. Ternyata transplantasi organ mampu menimbulkan Kanker. Pernyataan tersebut yang akan kita bahas kali ini.

Dalam praktik transplantasi organ ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, terutama dari sisi resiko yang akan dihadapi. Resiko tersebut tidak hanya resiko bagi pendonor namun juga pihak yang menerima donor. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir resiko yang terjadi, Maka dari itu dilakukanlah Beberapa tes kesehatan dan kecocokan serta  prosedur yang ketat. Jika transplantasi berhasil, penerima donor sanat dianjurkan mengkonsumsi obat imunosupresif atau obat anti-penolakan.  Tujuan mengkonsumsi obat ini adalah untuk mencegah sistem kekebalan tubuh yang dapat organ baru yang dianggap benda asing.

Prosedur diatas tidak menutup kemungkinan terjadinya kanker bagi orang yang didonorkan organ. Sebenernya apa sih yang menyebabkanya?, tunggu dulu, kita akan membahas sedikit apa itu kanker.

Kanker adalah penyakit yang penyebabnya adalah pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh . Pertumbuhan sel abnormal ini dapat merusak sel normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.

Resiko terbesar dari transplantasi organ adalah kanker. Dalam sebuah studi menyatakan bahwa penerima tranpantasi organ memiliki resiko dua kali lebih besar terkena kanker dibandingkan yang tidak transplantasi, serta 32 jenis kanker lain

Dalam transplantasi juga bisa terjadi penolakan karena organ yang di donorkan terjadi ketidak cocokan. Penerima bisa membantu mencegah penolakan tersebut dengan cara mengkonsumsi obat-obatan dan mengikuti diet Anda, namun bukan berarti penolakan selesai dengan semudah itu. Penerima harus tetap jeli dalam melihat gejala gejala penolakan. Gejala gejala penolakan tersebut  seperti demam atau nyeri di daerah ginjal (contoh jika melakukan transplantasi ginjal) baru atau perubahan jumlah urin penerima. Segera meaporkan setiap perubahan perubahan yang terjadi kepada dokter.

Jika memang sudah parah, tubuh penerima mungkin masih akan menolak ginjal baru dan Anda mungkin perlu untuk kembali melakukan dialisis. Kecuali dokter menentukan bahwa yang sebelumnya bukanlah calon yang tepat untuk transplantasi.

Imunosupresan yang merupakan obat anti penolakan, .Imunosupresan memiliki efek yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh penerima, dapat menyebabkan infeksi. Beberapa obat juga memiliki efek yang dapat mengubah penampilan Anda. Wajah Anda mungkin terlihat lebih berisi; terjadi pertambahan berat badan, atau munculnya jerawat atau rambut wajah. Namun ini bukan efek samping yang dapat terjadi pada semua penerima donor organ.

Imunosupresan bekerja dengan mengurangi kemampuan fungsi sel kekebalan tubuh. Pada beberapa pasien, pada jangka waktu yang lama, dampak dari menurunya imunitas ini berakibat meningkatnya risiko terkena kanker. Efek lainya yang bisa terjadi adalah imunosupresan menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebih, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang. Ketika digunakan dari waktu ke waktu, obat ini juga dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan hati atau ginjal pada beberapa pasien. Alih alih ingin kembali ke fungsi normal malah membuka banya penyakit untuk menjangkit. Namun ini semua belum tentu terjadi, dan di dunia kesehatan tidak semua indah, tidak semua sedih, kadang berhasil kadang juga tidak, karena manusai yang tidak sempuna.

Sekian pembahasan kali ini, kalo banyak salah mohon maaf, baru belajar.

daftar pustaka

www.halosehat.com

www.aldodokter.com

www.republika.com

www.kompasiana.com

. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun