Singkat cerita, Rondi lulus sekolah. Waktu berlalu.
Dua puluh lima tahun kemudian, setelah jaman medsos, bertemulah saya dengan Rondi di jagad maya. Dia memaksa minta alamat rumah.
Seminggu kemudian si Rondi datang ke rumah. Tepat selepas senja.
Rondi dengan mata berkaca-kaca bahagia berterima kasih kepada saya. Saya lihat gaya bertutur dan mimik mukanya mengekspresikan kesungguhan yang luar biasa.
Dia bilang, dia bisa sadar dari kenakalannya hanya karena saya mencarinya ke rumah. Dia juga tahu kalau saya berpesan agar ibunya tidak memarahinya melainkan memberikan perhatian secara cukup. Dan, satu lagi, dia bilang "kok bisa ya Pak Guru tidak memarahi saya waktu itu!"
****
Begitulah, cerita si Rondi. Dia berubah bukan karena hukuman, bukan karena pergunjingan, melainkan karena perhatian.
Semoga, banyak siswa tercerahkan oleh sikap guru yang tetap fokus pada keterbukaan menerima siswa apa adanya. @Salam edukasi.
Caratan:
*nyumpek-nyumpeki = membuat sesak di hati / pikiran.