Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Beternak Ayam Perangi Stunting

27 November 2023   18:39 Diperbarui: 29 November 2023   01:23 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sepasang ayam peliharaan. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Telur selain harganya yang recehan, pengolahannya juga cepat dan praktis. Cukup ceplokan ke dalam wajan dan dalam hitungan detik sudah siap saji. 

Saat ini di beberapa desa di Kabupaten TTS terlihat ada program peternakan ayam petelur untuk kelompok tani. Kalau beternak ayam secara profesional dan berhasil, masyarakat di desa tersebut dengan mudah memperoleh telur untuk konsumsi. Para peternak pun bisa menghasilkan telur untuk konsumsi keluarga, teristimewa ibu hamil dan anak-anak Balita.

Kalaupun tidak ada peternakan ayam petelur, masyarakat juga bisa memperoleh telur dari ayam-ayam kampung peliharaannya. Ayam kampung malah memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dari ayam ras petelur.

Kala menyusuri desa-desa di Kabupaten TTS, selalu terlihat beberapa ekor ayam bahkan segerombolan yang berkeliaran di sekitar pekarangan rumah warga. Semiskin apapun masyarakat namun masih memiliki ayam bahkan ternak lain seperti babi, sapi, dll.

Ayam-ayam betina peliharaan dapat menghasilkan telur sebagai sumber protein hewani bagi pemiliknya. Ayam kampung dapat bertelur hingga 10 butir bahkan lebih. 

Kami sendiri di rumah memelihara sepasang ayam peranakan secara semi-umbaran dalam kandang dengan pemberian makanan yang lebih baik. Ayamnya biasa bertelur belasan butir dan pernah mencapai 30 butir. 

Kami juga memelihara beberapa ekor ayam kampung secara umbaran atau lepas. Ayamnya bebas berkeliaran di sekitar pekarangan untuk mencari makanan sendiri. Pada sore hari ayam kembali bertengger di pohon dekat rumah. Kami memberikan makanan untuk ayam ala kadarnya saja dengan jagung pada pagi dan sore hari.

Ayam-ayam biasanya bertelur pada sarang yang kami siapkan di sekitar rumah. Separuh bahkan semua telur sering kami ambil untuk jadikan lauk. Ponakan-ponakan saya semasa kecil sering konsumsi telur dari hasil ternak kami sendiri.

Untuk konsumsi daging ayam yang juga mengandung protein, hanya pada waktu tertentu saja seperti perayaan Natal, acara syukuran, pesta, dll. Daging ayam tidak menjadi konsumsi harian oleh kami.

Berdasarkan pengalaman ini saya berefleksi bahwa telur ayam merupakan sumber protein hewani terdekat dan terjangkau untuk masyarakat miskin sekalipun. Telur dapat menjadi menjadi salah satu amunisi dalam berperang melawan stunting di daerah termiskin seperti NTT khususnya Kabupaten TTS.

Saya berharap pemerintah di desa-desa dapat menggerakan masyarakatnya untuk memelihara ayam kampung. Selain itu juga terus mengedukasi masyarakat untuk mengkonsumsi telur hasil ternaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun