Banting lidah biasanya saat menumpang angkot oleh laki-laki. Bunyi banting lidah tidak terlalu besar sehingga hanya cocok sebagai tanda saat menumpang angkot. Jika banting lidah di atas bus, bunyinya bisa saja tidak kedengaran sopir.
Ketiga, tepuk tangan.Â
Sebagian penumpang angkot terutama bus sering menggunakan tepuk tangan sebagai tanda turun kepada sopir. Tepuk tangan bunyinya cukup kencang sehingga walaupun di atas bus yang besar dan bising, sopir bisa mendengarnya.
Saya saat menumpang bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) kerap bertepuk tangan saat akan turun.Â
Keempat, siul dengan jari.Â
Siul dengan jari yakni memasukkan ibu jari dan jari telunjuk ke dalam mulut lalu menghembuskan napas sedemikian rupa sehingga menghasilkan bunyi siul yang sangat keras. Ada juga yang memasukkan jari telunjuk dan jari tengah dari kedua tangan ke dalam mulut untuk membuat siul.
Siul dengan jari biasanya oleh laki-laki saat menumpang angkutan pedesaan seperti pick up atau truk. Memberikan tanda dengan siul juga biasanya dalam dua atau tiga kali siulan.Â
Kelima, melambai ke arah sopir.Â
Bagi penumpang angkot yang duduk di kabin depan dekat sopir, lambaian salah satu tangan ke arah sopir merupakan sebuah tanda turun.
Ketika menumpang angkot dan duduk dekat sopir, saya juga sering melambai ke arah sopir. Mengangkat salah tangan dengan tidak terlalu tinggi ke sopir. Gerakannya seperti melambai atau memberikan isyarat "tahan" dengan tangan.
Keenam, mengetuk pipa handle.Â