Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Koa, Ekspresi dan Komunikasi Lelaki di Timor

27 Juli 2023   18:08 Diperbarui: 28 Juli 2023   08:33 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koa merupakan sebuah kata dalam Bahasa Dawan di Timor, Nusa Tenggara Timur, yang artinya teriak. Kota juga berarti berteriak, teriakan, meneriaki, atau diteriaki, tergantung konteksnya.

Dalam keseharian masyarakat suku Dawan atau Atoin Meto khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan, koa sudah lazim.

Koa kebanyakan oleh masyarakat di daerah pinggiran atau pedesaan. Pada situasi tertentu orang di perkotaan juga koa.

Biasanya yang melakukan teriakan koa adalah laki-laki. Suara laki-laki yang besar menghasilkan teriakan yang kencang pula. Agar suara lebih kencang saat koa, ada anjuran untuk menelan sepasang organ ayam jantan seukuran kelereng. Kata orang, suara saat koa akan sekencang ayam jantan yang berkokok.

Sementara itu perempuan seolah tidak boleh koa walaupun kenyataannya ada perempuan yang memang melakukannya. Kalau ada perempuan yang koa, orang lain akan mengatakan si perempuan tersebut kayak laki-laki saja. Ada juga yang melarang perempuan supaya jangan koa karena bukan laki-laki.

Bunyi teriakan koa sangat khas dengan pola pendek atau panjang berupa vokal dan konsonan tertentu. Teriakan koa yang pendek misalnya, aih, au, auo dan aie. Teriakan yang panjang misalnya aaaue, aaaie, aaaaih, aaaihi dan aaauo.

Koa yang pendek atau panjang selalu berawal dengan vokal a. Berteriak dengan vokal tersebut membuat mulut terbuka sehingga suara lebih lantang.

Pada teriakan pendek, teriaknya cepat dan kencang. Sementara pada teriakan panjang, teriaknya panjang pada vokal a lalu berlanjut dengan vokal di depannya secara cepat.

Koa bukanlah sembarang teriakan namun merupakan ekspresi perasaan seseorang. Selain itu koa juga menjadi cara berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain.

Koa sebagai ekspresi perasaan

Koa sering menjadi ekspresi dari perasaan seseorang. Tidak semua perasaan terluapkan dengan koa, hanya perasaan tertentu seperti senang, seru dan semangat.

Sewaktu kunjungan Jokowi ke Pasar Inpres Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan pada 2022 lalu, ribuan warga menyambut dengan koa. Sejak pagi masyarakat sudah memadati kawasan pasar. 

Begitu Presiden datang dan melambaikan tangan, warga khususnya laki-laki spontan koa serentak dengan kencang seperti dalam lampiran video di atas. Teriakan koa tersebut sebagai ekspresi sukacita warga atas kedatangan Presiden Jokowi.

Luapan kegembiraan dengan koa juga saat orang berselebrasi atas kemenangan dalam pertandingan olahraga, pesta demokrasi, dll. 

Misalnya dalam video amatir terlampir, sekelompok masyarakat di Timor mengarak jagoan mereka yang menang Pilkades sambil koa.

Saat menari di pesta atau suatu momen sering juga orang koa sebagai ekspresi kesenangan. Tarian tradisional seperti bonet dan tari maekat selalu penuh dengan teriakan koa penari maupun penonton. 

Dalam kehidupan sehari-hari, saat seseorang mengobrol dengan orang lain juga sering tertawa dan koa. Sesuatu yang lucu membuat mereka tertawa lalu di akhir tawa berteriak koa.

Koa juga menjadi ekspresi keseruan dalam pertandingan olahraga atau sesuatu yang seru seperti panjat pinang, dll. Ketika ada pertandingan olahraga antar kampung seperti voli atau sepak bola para penonton selalu riuh dengan koa.

Video amatir terlampir ini adalah gambaran tentang koa atau teriakan khas para lelaki saat menonton panjat pinang. Koa juga terdengar ramai saat orang menonton pertandingan olahraga di televisi seperti sepak bola, tinju, MotoGP, dsb.

Teriakan koa dalam tarian tradisional dan lagu daerah pun menjadi penyemangat bagi orang yang menari atau mendengar lagu tersebut. Pada saat berburu hewan, para lelaki yang berburu juga selalu koa. Teriakan para pemburu tersebut memberi semangat bagi mereka dan anjing pemburu.

Koa sebagai komunikasi 

Koa tidak hanya sebagai ekspresi perasaan namun juga sebagai cara berkomunikasi seseorang dengan orang lain. Ketika hendak memanggil orang lain yang dalam jarak agak jauh dari belasan hingga ratusan meter, seseorang kerap melakukannya dengan koa.

Koa untuk memanggil orang lain biasanya dengan menyebut juga nama atau sebutan orang dan maksud panggilan. Misalnya, memanggil kakak untuk kemari, "Aue tat, ait om" (artinya: Aue kakak, kemari).

Semakin jauh jarak antar orang semakin kencang pula suara koa. Memanggil dengan koa dalam jarak ratusan meter misalnya memanggil orang yang ada di kampung sebelah, kebun, dll. Suara koa akan lebih jelas jika orang yang koa berada di tempat yang lebih tinggi seperti perbukitan.

Koa untuk komunikasi jarak jauh karena tidak adanya handphone untuk memanggil orang lain. Dahulu di awal kemunculan handphone, istilah miscall memiliki plesetan mis-koa. 

Seseorang biasanya memberi tanda kepada orang lain dengan miscall ke handphone orang lain. Akibat tidak ada handphone orang hanya koa alias mis-koa.

Di daerah pedesaan, setiap kali ada kerja bakti atau kegiatan gotong royong, aparat pemerintah seperti Ketua RT atau anggota Linmas memberitahukan warga dengan koa. Berteriak di tempat atau berjalan keliling kampung sambil berteriak koa dan memberitahukan informasinya kepada warga.

Bagi orang yang sudah saling kenal dan akrab, koa kerap menjadi bagian dari sapa-menyapa. Misalnya seseorang koa saat melihat temannya melintas di depan rumahnya. Tidak hanya sekedar koa tapi kemudian bertanya mau ke mana dan mengobrol lainnya.

Demikianlah sekilas ulasan tentang teriakan koa oleh masyarakat di Timor dalam kehidupan sehari-hari. Semoga menjadi bacaan yang bermanfaat seputar kehidupan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun