Koa merupakan sebuah kata dalam Bahasa Dawan di Timor, Nusa Tenggara Timur, yang artinya teriak. Kota juga berarti berteriak, teriakan, meneriaki, atau diteriaki, tergantung konteksnya.
Dalam keseharian masyarakat suku Dawan atau Atoin Meto khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan, koa sudah lazim.
Koa kebanyakan oleh masyarakat di daerah pinggiran atau pedesaan. Pada situasi tertentu orang di perkotaan juga koa.
Biasanya yang melakukan teriakan koa adalah laki-laki. Suara laki-laki yang besar menghasilkan teriakan yang kencang pula. Agar suara lebih kencang saat koa, ada anjuran untuk menelan sepasang organ ayam jantan seukuran kelereng. Kata orang, suara saat koa akan sekencang ayam jantan yang berkokok.
Sementara itu perempuan seolah tidak boleh koa walaupun kenyataannya ada perempuan yang memang melakukannya. Kalau ada perempuan yang koa, orang lain akan mengatakan si perempuan tersebut kayak laki-laki saja. Ada juga yang melarang perempuan supaya jangan koa karena bukan laki-laki.
Bunyi teriakan koa sangat khas dengan pola pendek atau panjang berupa vokal dan konsonan tertentu. Teriakan koa yang pendek misalnya, aih, au, auo dan aie. Teriakan yang panjang misalnya aaaue, aaaie, aaaaih, aaaihi dan aaauo.
Koa yang pendek atau panjang selalu berawal dengan vokal a. Berteriak dengan vokal tersebut membuat mulut terbuka sehingga suara lebih lantang.
Pada teriakan pendek, teriaknya cepat dan kencang. Sementara pada teriakan panjang, teriaknya panjang pada vokal a lalu berlanjut dengan vokal di depannya secara cepat.
Koa bukanlah sembarang teriakan namun merupakan ekspresi perasaan seseorang. Selain itu koa juga menjadi cara berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain.
Koa sebagai ekspresi perasaan