Sang seniman itu masih banyak bercerita, Sam Jack banyak mendengar dan bertanya. Lantas Sam Jack menyarankan Sang seniman untuk menyampaikan gagasannya kepada desa.
“Lantas, apa katanya?” Sam Jack memberikan teka-teki kepada saya. “Ia bilang, apa yang bisa desa berikan kepada saya. Desa harus profesional menghargai seniman. Wow, ini luar biasa. Saya tawarkan untuk bekerjasama. Pertemuan ini kami tutup dengan kesepakatan.”
“Lantas?” Korek saya.
“Ini!” Sam Jack menyodorkan map berisi dokumen yang ia bawa. “Saya menghubungi sebuah perusahaan di desa itu. Maksud saya untuk memperoleh donatur, perusahaan itu malah menawari untuk mensponsori pameran seniman desa.” Kisahnya.
Katanya, Sam Jack bersemangat untuk menemuhi Sang Seniman itu. Ia menghubunginya lewat SMS karena ditelepon tidak diangkat. Mereka bersepakat untuk bertemu di warung kopi itu.
Pada hari dan jam yang telah ditentukan Sam Jack sudah hadir di warung kopi itu. Ia pesan kopi dua gelas, satu untuknya, satu lagi untuk Sang Seniman.
Satu jam Sam Jack sudah berada di warung itu, tetapi Sang Seniman belum muncul. Ia menilpunnya tetapi tidak diangkat. Lantas Sam Jack mengirimkan SMS, tidak terbalas. Sam Jack masih berusaha menunggu. Tetapi, setelah tiga jam, dan kopi Sang Seniman itu ia seruput sampai hampir habis, Sam Jack mulai gelisah.
“Menunggu siapa Mas?” Tanya tukang warung.
“Apa seniman yang bertemu saya disini tempo hari pernah datang kesini lagi?” Saya balik bertanya.
“Apa mau bayar bon-nya?” Katanya dengan cibiran bibirnya.
“Astaga! Saya tersenyum kecut. Saya segera bayar kopi saya.”