Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kopi Madu

25 Maret 2017   17:16 Diperbarui: 25 Maret 2017   17:33 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jadi, sampean seniman?” Tanya Sam Jack sambil menunjukkan kekagumannya.

“Ya, iya lah. Masak model begini bukan seniman. Saya juga punya bengkel.” Jawab orang itu.

“Bengkel motor?” Tanya Sam Jack.

“Wah, bagaimana sampean ini, ya bengkel tempat berkarya seni. Saya bikin lukisan, saya bikin patung.”

“Wah, luar biasa. Ternyata di desa ini memiliki seniman besar.” Puji Sam Jack.

Cerita di warung itu diakhiri dengan Sam Jack minta alamat Sang seniman itu.

“Kalau di desa ada seniman semacam dia, seharusnya kebudayaan di desa itu maju pesat. Apa desanya tidak memfasilitasinya ya?” Kata Sam Jack kepada saya.

“Barangkali desanya tidak tahu. Ya, didorong dia agar mulai terlibat di desa.” Saran saya.

“Betul. Saya juga berpikir begitu, Pak Tua. Karena itu saya datang ke rumahnya.”

Selanjutnya, Sam Jack menceritakan pertemuan keduanya dengan Sang Seniman itu. Sam Jack datang ke bengkel yang dimaksud seniman itu. Ada ruangan kira-kira ukuran tiga kali empat meter, sebuah lukisan tergantung di dinding, asbak yang penuh puntung rokok, dan gelas-gelas kotor bekas kopi.

“Karya saya sudah banyak diambil kolektor.” Kata Sang Seniman memperkenalkan tempatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun