Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Akulah Tikus yang Digulung Bola Api

3 Mei 2016   09:57 Diperbarui: 3 Mei 2016   09:59 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hai, tikus...” katanya memulai interogasi di hari ke-217.

Bajindulll. Dia mulai rendahkan aku. Dia sudah menyebut aku tikus, pakai ‘t’ kecil lagi.”

“Jangan misuhlagi. Otakmu mudah dibaca di sini. Melihat daftar riwayatmu, kenapa kau ada disini? Kau, menjadi tikus pula. Kau termasuk golongan cerdik pandai, punya deretan gelar. Sayang belum doktor honoriscausa. Termasuk bijak. Dermawan. Sabar. Rajin ibadah... Sebentar, saya diskusikan dulu, barangkali kau kesini salah alamat.”

“Ya. Ya. Semoga salah alamat.”

“Diam! Kau sudah tak bisa berdoa lagi disini.”

Celetaaarrr! Cambuk itu berayun dan menyambar seperti kilat.

Aku tergelapar. Cambuk kekuatan kilat itu mendarat dipunggung, dada, paha, leher, wajah, kemaluan. Sejak itu cambuk mematikan ini mendarat di tubuhku tiga kali sehari. Aku tergelepar tiga kali sehari.

Aku senantiasa memohon, setiap ujung cambuk berayun-ayun. Tapi permohonan yang tak pernah tahan hembusan angin. Permohonan yang senantiasa terbang. Terbang menembus dinding-dinding kusam dan langit gelap.

Aku ingin mendekati sicambuk kilat. Tapi percuma. Mendekat berarti ulo marani gepuk. Cambuk akan mendarat lagi diluar jadwal. Yang aku butuhkan sekarang, tidak lain adalah juru lobi. “Aku memerlukanmu pembela-pembela setia.”

***

Mr.Balabala, ahli hukum lulusan Belanda. Hanya tersenyum. Aku sudah menjelaskan masalahnya. Dan keinginanku hanya satu, bebas! Sialnya, dia justru mendongeng masa perjuangan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun