Potongan daun telinga itu memang bergerak. Ternyata, di bawah tengkurap daun telinga itu bersemayam gerombolan semut. Mereka menggigit muka potongan daun telinga itu dan membawanya bergerak.
Potongan daun telinga itu terpelanting jatuh ke selokan, bersama semut-semut yang masih tetap menggigit. Dan celakanya, banjir mulai datang. Pelan-pelan potongan daun telinga itu hanyut, mengambang di permukaan air. Semut-semut yang belum lepas berada di atasnya, seperti sedang menumpang perahu. Yah, potongan daun telinga itu hanyut seperti perahu melaju sarat penumpang.
Orang-orang hendak mengikuti laju perahu potongan daun telinga. Namun tertahan hujan. Mereka berhenti di bawah naungan gapura. Mereka cemas, meskipun belum jelas yang dikhawatirkan. Kepala mereka melongok-longok ingin memastikan, sudah sampai dimana potongan daun telinga itu dibawa banjir.
Aku, juga melongok-longok dari jendela yang tertutup gorden separuh badan, ingin memastikan sudah sampai dimana potongan daun telinga itu dibawa banjir.
Â
 [Bagian dari: Daun Telinga Siapa Tergelatak di Ujung Jalan?]
Â
Djoglo Pandanlandung Malang
April 2016
iman.suwongso@yahoo.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H