Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Potongan Daun Telinga Hanyut Seperti Perahu

24 April 2016   23:51 Diperbarui: 25 April 2016   00:00 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka mundur berdesakan. Linmas mendekati potongan daun telinga. Ia mengamati sambil membungkuk dan matanya memicing.

“Mana bergerak?!” katanya sambil menegakkan tubuh. “Siapa yang bilang tadi?”

“Waktu saya lewat dekat sini, telinga itu beregrak-gerak. Tepatnya bergoyang. Kayaknya capek tengkurap, mau tengadah.” Seoarang anak muda menjelaskan.

“He! Jangan memberikan penjelasan mengada-ngada.” Sergah Linmas.

“Barangkali salah lihat.” Seorang ibu menimpali.

“Mata saya masih sehat, Mak Ji.”

“Sudah! Jangan berisik! Jangan ngomong lagi! Jangan!” cegah Linmas.

Linmas berbalik mendekat potongan daun telinga. Ia hendak mengorek potongan daging itu dengan tongkat pentungannya. Saat ujung tongkat karet itu nyaris menyentuh permukaannya, Mak Gendut tiba-tiba datang dan menghalau Linmas.

“Jangan disentuh.” Cegahnya. “Jangan sampai ada bekas sentuhan yang menempel. Kamu bisa dituduh yang melakukan.”

Linmas mau menjelaskan pada Mak Gendut, tapi halilintar menyambar dengan kerasnya. Seketika hujan mulai turun.

“Hai! Lihat, bergerak.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun