Mohon tunggu...
Imani Mr. 1988
Imani Mr. 1988 Mohon Tunggu... Lainnya - Kreator Digital

Orang Yang Selalu Menantang Tantangan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Imani N Anggi

25 September 2024   22:21 Diperbarui: 26 September 2024   06:50 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, kenyamanan itu nggak berlangsung lama. Tiba-tiba, Imani terbangun karena suara aneh. Suara... dering ponsel?

"Aduh, siapa sih yang nelpon jam segini?" Imani meraba-raba saku celananya dan mengeluarkan ponselnya yang berdering. Wajahnya langsung pucat saat melihat nama yang muncul di layar: "Anggi".

"Ya ampun! Gue ketiduran!" Imani langsung bangkit dengan panik. Dia melihat jam di ponselnya, dan benar saja, udah hampir jam setengah lima sore. Seharusnya, dia sudah jemput Anggi setengah jam yang lalu!

"Matilah gue! Anggi pasti udah murka kayak ratu di tengah perang!" Imani buru-buru keluar dari gubuk, meraih "Blue Dragon", dan mengayuh sepedanya secepat mungkin menuju kampus.

Selama perjalanan, Imani nggak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri. "Kenapa sih gue ini nggak bisa cuma tidur sebentar? Apa bantal di surga mimpi gue terlalu empuk, ya?"

Namun, semua penyesalan itu terlambat. Saat dia tiba di depan kampus, Anggi udah berdiri di sana, dengan wajah yang lebih seram dari hari-hari biasanya. Tangannya bersedekap, matanya melotot tajam, dan bibirnya terkatup rapat. Imani bisa merasakan hawa dingin yang mengerikan menyelimuti tempat itu, meskipun matahari masih bersinar terang.

Dengan senyum canggung, Imani turun dari sepeda dan mendekati Anggi. "Ehm... Gi, sori gue telat. Tadi gue, apa ya, ada urusan mendadak di tengah jalan..."

Anggi nggak langsung bicara. Dia hanya menatap Imani dengan tatapan yang bisa membunuh semangat hidup. Imani menelan ludah, merasa situasi ini lebih menyeramkan daripada menghadapi lawan di arena beladiri.

"Urusan mendadak di tengah jalan atau tidur mendadak di gubuk tengah sawah?" tanya Anggi, suaranya lembut tapi jelas ada ancaman tersembunyi di dalamnya.

Imani mencoba tertawa, tapi yang keluar cuma suara cekikikan canggung. "Eh, yaa... Gue kan cuma mau tidur sebentar, Gi. Tapi, lo tau sendiri kan, namanya tidur... kadang suka kelewat alarm."

Anggi menarik napas dalam-dalam, lalu tanpa peringatan, dia mencubit pinggang Imani dengan keras. "Cubitan super untuk janji yang nggak ditepati!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun