Imani mengedipkan mata, "Anytime, Ratu."
Dan dengan senyum di wajahnya, Anggi melangkah menuju kampus, meninggalkan Imani yang merasa puas karena telah membuat hari Anggi sedikit lebih berwarna.
Tetapi tiba-tiba dia berhenti dan menoleh ke arah Imani. Wajahnya masih menunjukkan senyum tipis, tapi matanya menatap serius, seolah ingin memastikan sesuatu.
"Iman," panggilnya dengan nada yang sedikit berbeda, lebih tegas tapi tetap lembut.
Imani yang masih sibuk mengatur nafas setelah ngos-ngosan nganterin Anggi, langsung mengangkat alisnya. "Apaan lagi, Gi? Ada yang ketinggalan, ya?"
Anggi menggeleng, lalu mendekatkan dirinya sedikit ke arah Imani, yang masih duduk di atas "Blue Dragon". "Jangan sampe lo telat jemput gue nanti sore. Gue ada praktek tambahan hari ini, dan gue nggak mau nungguin lo lama-lama di sini."
Imani terkekeh, berusaha santai. "Santai aja, Gi. Lo tau kan, gue ini ninja. Cepet dan tangkas!"
Anggi menatapnya dengan tatapan tajam, meskipun ada sedikit tawa yang terpendam di balik itu. "Iman, gue serius. Ini penting buat gue. Lo kan tau gue nggak suka nunggu lama."
Imani berhenti tertawa dan mengangkat tangan kanan, seolah sedang bersumpah. "Sumpah, Gi. Gue bakal tepat waktu. Gue bakal jemput lo sebelum lo sempet bilang 'Iman lambat!'"
Anggi mengangkat sebelah alisnya, mencoba membaca kesungguhan di mata Imani. Setelah beberapa detik, dia akhirnya mengangguk pelan. "Oke. Gue pegang kata-kata lo, ya."
Imani hanya mengangguk mantap. "Tenang aja, Ratu. Gue bakal jadi pahlawan lo sore ini."