Jika kita melihat keenam poin tersebut, yang lebih tampak sebagai hadiah Biden atas kunjungan Jokowi ke Amerika Serikat, apakah benar Indonesia dalam posisi dapat menekan negara itu?
Dengan begitu banyak oleh-oleh yang diterima Jokowi dari Amerika Serikat, rasanya terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa obrolan tentang Gaza dalam pertemuan tersebut sebagai sebuah tekanan atau desakan, Bahkan Biden tidak melihatnya cukup serius untuk sekedar ditanggapi.
Padahal, jika melihat poin-poin tersebut, rasanya tidak semuanya benar-benar bisa menjadi hadiah juga bagi masyarakat Indonesia.
Masih ingat peristiwa bentrokan pekerja asing dengan pekerja Indonesia di Morowali Utara awal tahun ini? Tragedi yang terjadi di PT GNI tersebut mengakibatkan seorang buruh perempuan tewas menggenaskan di dalam sebuah crane yang terbakar.
PT GNI merupakan perusahaan smelter asal Tiongkok yang mengolah nikel Indonesia. Nikel menjadi bahan baku baterai EV yang paling banyak digunakan seiring peningkatan produksi kendaraan listrik.
Meskipun penggunaan kendaraan listrik adalah salah satu upaya menekan emisi karbon yang dipercaya menjadi pemicu krisis iklim, namun pengelolaan industri nikel yang serampangan justru juga terbukti menimbulkan dampak tidak hanya bagi lingkungan hidup melainkan juga lingkungan sosial.
Karena itu, kesinambungan kerjasama pasokan baterai EV dari Indonesia ke Amerika Serikat melalui skema Critical Mineral Agreement (CMA) yang merupakan salah satu hasil kunjungan Jokowi ke AS tersebut belum tentu serta merta menjadi anugerah juga bagi masyarakat Indonesia.
Tanpa upaya serius pemerintah untuk membenahi standar keberlanjutan lingkungan dan hak-hak masyarakat lokal dalam pengembangan industri nikel (untuk menyebut salah satunya), maka berbagai "hadiah" skema perdagangan tersebut justeru berpotensi menjadi sumber dan tambahan masalah baru bagi masyarakat.
Sementara itu, obrolan tentang tragedi kemanusiaan di Gaza hanya menjadi basa-basi pemanis yang cukup seksi untuk ditampilkan sebagai judul berita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H