Salah satu penyakit dari lima penyakit yang sering diderita kaum lansia adalah diabetes. Empat penyakit lainnya adalah: inkontinensia urine, stroke, hipertensi dan penyakit jantung. Lansia yang menderita penyakit-penyakit tersebut, apalagi kalau sudah parah, akan mengalami keterbatasan dalam bergerak dan melakukan aktivitas.
Dilansir dari pusdatin.kemkes.go.id, organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Angka ini diprediksi akan terus meningkat mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045.
Indonesia berada di urutan ke-7 dari 10 negara dengan penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara dalam daftar tersebut. Artinya, Indonesia berkontribusi besar terhadap prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara.
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), prevalensi Diabetes Melitus menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya umur penderita yang mencapai puncaknya pada umur 55-64 tahun. Pola peningkatan ini terjadi pada Riskesdas 2013 dan 2018 yang mengindikasikan semakin tinggi umur maka semakin besar risiko untuk mengalami diabetes.
Peningkatan prevalensi dari tahun 2013-2018 terjadi pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan > 75 tahun. Total prevalensi 2013 pada semua kelompok umur tersebut (45 tahun sampai di atas 75 tahun) adalah 15,1%. Sementara total prevalensi 2018 untuk semua kelompok umur yang sama mengalami kenaikan menjadi 19,5%. Artinya, dari tahun ke tahun, jumlah penderita diabetes semakin bertambah
Karena itu, upaya pencegahan dan pengendalian Diabetes Melitus sangat perlu dan penting dilakukan agar individu yang sehat tetap sehat, orang yang sudah memiliki faktor resiko (antara lain: usia, kegemukan, kurang aktivitas fisik, gizi tidak seimbang) dapat mengendalikan faktor resiko agar tidak jatuh sakit diabetes, dan orang yang sudah menderita Diabetes Melitus dapat mengendalikan penyakitnya agar tidak terjadi komplikasi dan kematian dini. Upaya pencegahan dan pengendalian diabetes dilakukan melalui edukasi, deteksi dini faktor resiko dan tatalaksana sesuai standar.
Sebagai seorang yang sudah menderita Diabetes Melitus, saya ingin mengendalikan penyakit saya ini agar tidak terjadi komplikasi dan kematian dini. Selain konsumsi makanan yang rendah kandungan karbohidrat dan rendah juga indeks glikemiknya, saya berolahraga jalan kaki untuk mengendalikan gejala diabetes saya.
Kemarin pagi, saya berolahraga jalan kaki selama 61 menit. Hasilnya, sebagaimana yang tertera pada layar gawai saya adalah: 7.003 langkah kaki, 5,48 km jarak yang dicapai, dan 243 kcal energi yang terkonsumsi. Sebenarnya saya belum merasa lelah. Saya masih ingin lanjut lagi. Tapi kata saya dalam hati, "Besok aja lanjutkan lagi."
Bagaimana dengan kamu? Yuk, berolahraga jalan kaki selagi masih bisa langkahkan kaki dan mumpung belum mengalami nyeri sendi! Lansia saja masih semangat jalan kaki! Masa kamu...?
Selamat menjalankan gaya hidup sehat dan tetap semangat!
Bekasi, 9 Juni 2021