Mohon tunggu...
Iman Agung Silalahi
Iman Agung Silalahi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar hidup sehat holistik

Selalu merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat mitra kerja atau sahabat berhasil menemukan inspirasi dan keyakinan diri untuk mencapai apa yang diimpikannya. Tertarik menjadi pembelajar hidup sehat holistik sejak Februari 2021 setelah resmi menyandang status penderita diabetes tipe 2.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lansia Saja Masih Semangat Jalan Kaki! Masa Kamu...?

9 Juni 2021   12:35 Diperbarui: 9 Juni 2021   13:25 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Halo teman semua dan sesama diabetesi yang berbahagia.

Kemarin pagi saya berolahraga jalan kaki dengan mengelilingi sebuah folder air di kelurahan Jakasampurna, Bekasi. Folder air yang dibangun pada tahun 2020 tersebut berjarak sekitar 500 langkah kaki orang dewasa atau sekitar 400 meter saja dari rumah saya.

Walaupun tujuan utama dibangunnya folder air ini oleh Pemda Bekasi adalah untuk mengurangi dampak banjir yang selalu datang di setiap musim penghujan, tapi keberadaan folder air, yang kelilingnya 395 meter ini, sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di sekitar folder air tersebut.

Setiap hari, baik pagi atau sore, selalu saja ada sejumlah warga yang berolahraga jalan kaki di atas 'jogging track' yang mengelilingi folder air tersebut. Salah seorang yang sering berolahraga jalan kaki di situ adalah seorang perempuan lansia berusia 81 tahun.

Perempuan lansia yang biasa dipanggil Opung tersebut tinggal di lokasi perumahan yang persis bersebelahan dengan folder air tersebut. Si Opung kelihatannya sangat akrab dengan warga di situ. Maklum, Opung adalah salah satu penghuni mula-mula di komplek perumahan yang dulunya rawa-rawa itu sejak tahun 1991.

"Saya setiap hari jalan kaki, kecuali hari Sabtu. Hari Sabtu saya istirahat," kata Opung menjawab pertanyaan saya sambil tetap berjalan.

Opung berjalan dengan kecepatan di atas rata-rata orang seusianya, bahkan lebih cepat dari orang-orang yang usianya jauh lebih muda darinya, lima menit untuk satu kali putaran. Saya pun tidak mau kalah. Masa sih saya kalah dari nenek-nenek? Heheeheee....

"Tujuh kali putaran," kata Opung lagi tentang targetnya berolahraga jalan kaki setiap hari.

"Dua putaran lagi selesai," lanjut Opung dengan bersemangat.

Kerigat telah membasahi tubuhnya. Tapi napasnya masih terlihat stabil. Kecepatan langkah kakinya pun juga stabil. Luar biasa stamina Opung ini. Gak heran kalau mendengar ceritanya bahwa petugas kesehatan di Puskesmas yang memberikan vaksin Covid-19 pun sampai terkagum-kagum melihat kemampuannya menaiki anak tangga tanpa memerlukan bantuan dari siapapun.

"'Kan begitu kata dokter yang memberikan seminar kesehatan secara online, minimum 30 menit?" Saya cuma manggut-manggut saja mengiyakannya.

"Kamu berapa kali," Opung balik bertanya kepada saya.

"Dua belas kali."

"Iyalah, kamu masih muda, apalagi kamu masih gemuk!"

Saya tertawa mendengar komentar Opung tentang saya. Saya masih muda? Masa sih? Tapi memang benar bahwa saya masih gemuk dan kelebihan berat badan. Hahaahaaa....

Seekor kadal tampak terkejut mendengar tawa lepas saya. Dia terbirit-birit berlari menyembunyikan diri dari pandangan saya. Sementara sang surya tersenyum cerah memancarkan sinar hangatnya bagi bumi kita, termasuk juga bagi para lansia.

= = =

Lansia adalah tahap akhir proses pertumbuhan kehidupan seorang manusia. Dimulai dari bayi yang tak berdaya, kemudian bertumbuh lebih besar dan agak bertenaga menjadi seorang anak kecil, dan kemudian semakin lebih besar dan lebih bertenaga lagi dalam tubuh seorang remaja, dan semakin matang dan mencapai puncaknya setelah menjadi seorang dewasa, lalu mengalami penuaan menjadi seorang lansia yang ditandai dengan penurunan tenaga dan vitalitas.

Seperti mobil tua yang sering mogok karena jarang mendapatkan perawatan berkala, begitulah juga seorang lansia yang semakin kehilangan vitalitas karena termakan usia, dan terlebih lagi karena kesehatan yang tidak terjaga sempurna sejak usia muda. Sebagaimana komponen-komponen mesin mobil tua yang mengalami keausan, begitulah juga organ-organ tubuh seorang lansia yang mengalami kerusakan. Baik mobil tua atau pun lansia, sama-sama mengalami penurunan dalam kekuatan dan kecepatan.

Dilansir dari alodokter.com, sindrom geriatri merupakan berbagai gejala dari masalah kesehatan yang sering terjadi pada orang lanjut usia atau lansia akibat proses penuaan. Bila tidak ditangani dengan baik, sindrom ini bisa menyebabkan kualitas hidup menurun.

Sindrom adalah kumpulan gejala yang muncul bersamaan dan biasanya disebabkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu. Sedangkan geriatri adalah sebutan bagi kaum lansia, yaitu orang berusia di atas 60 tahun.

Salah satu penyakit dari lima penyakit yang sering diderita kaum lansia adalah diabetes. Empat penyakit lainnya adalah: inkontinensia urine, stroke, hipertensi dan penyakit jantung. Lansia yang menderita penyakit-penyakit tersebut, apalagi kalau sudah parah, akan mengalami keterbatasan dalam bergerak dan melakukan aktivitas.

Dilansir dari pusdatin.kemkes.go.id, organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Angka ini diprediksi akan terus meningkat mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045.

Indonesia berada di urutan ke-7 dari 10 negara dengan penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara dalam daftar tersebut. Artinya, Indonesia berkontribusi besar terhadap prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara.

Di Indonesia, berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), prevalensi Diabetes Melitus menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya umur penderita yang mencapai puncaknya pada umur 55-64 tahun. Pola peningkatan ini terjadi pada Riskesdas 2013 dan 2018 yang mengindikasikan semakin tinggi umur maka semakin besar risiko untuk mengalami diabetes.

Peningkatan prevalensi dari tahun 2013-2018 terjadi pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan > 75 tahun. Total prevalensi 2013 pada semua kelompok umur tersebut (45 tahun sampai di atas 75 tahun) adalah 15,1%. Sementara total prevalensi 2018 untuk semua kelompok umur yang sama mengalami kenaikan menjadi 19,5%. Artinya, dari tahun ke tahun, jumlah penderita diabetes semakin bertambah

Karena itu, upaya pencegahan dan pengendalian Diabetes Melitus sangat perlu dan penting dilakukan agar individu yang sehat tetap sehat, orang yang sudah memiliki faktor resiko (antara lain: usia, kegemukan, kurang aktivitas fisik, gizi tidak seimbang) dapat mengendalikan faktor resiko agar tidak jatuh sakit diabetes, dan orang yang sudah menderita Diabetes Melitus dapat mengendalikan penyakitnya agar tidak terjadi komplikasi dan kematian dini. Upaya pencegahan dan pengendalian diabetes dilakukan melalui edukasi, deteksi dini faktor resiko dan tatalaksana sesuai standar.

Sebagai seorang yang sudah menderita Diabetes Melitus, saya ingin mengendalikan penyakit saya ini agar tidak terjadi komplikasi dan kematian dini. Selain konsumsi makanan yang rendah kandungan karbohidrat dan rendah juga indeks glikemiknya, saya berolahraga jalan kaki untuk mengendalikan gejala diabetes saya.

Kemarin pagi, saya berolahraga jalan kaki selama 61 menit. Hasilnya, sebagaimana yang tertera pada layar gawai saya adalah: 7.003 langkah kaki, 5,48 km jarak yang dicapai, dan 243 kcal energi yang terkonsumsi. Sebenarnya saya belum merasa lelah. Saya masih ingin lanjut lagi. Tapi kata saya dalam hati, "Besok aja lanjutkan lagi."

Bagaimana dengan kamu? Yuk, berolahraga jalan kaki selagi masih bisa langkahkan kaki dan mumpung belum mengalami nyeri sendi! Lansia saja masih semangat jalan kaki! Masa kamu...?

Selamat menjalankan gaya hidup sehat dan tetap semangat!

Bekasi, 9 Juni 2021

Si-Iman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun