Mohon tunggu...
Iman Agung Silalahi
Iman Agung Silalahi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar hidup sehat holistik

Selalu merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat mitra kerja atau sahabat berhasil menemukan inspirasi dan keyakinan diri untuk mencapai apa yang diimpikannya. Tertarik menjadi pembelajar hidup sehat holistik sejak Februari 2021 setelah resmi menyandang status penderita diabetes tipe 2.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bersuci: Baik Lahiriah ataupun Batiniah; dari Kepala, Tangan dan Kaki, Bahkan sampai ke Dalam Hati

10 Mei 2021   22:25 Diperbarui: 10 Mei 2021   22:25 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Iana melangkahkan kakinya lebih cepat agar bisa mengimbangi langkah kaki ayahnya yang lebih panjang. Mereka baru saja turun dari gerbong kedua terakhir dari KRL (Kereta Rel Listrik). Saat itu sudah hampir jam 12 siang. Stasiun Bogor terlihat relatif sepi.

"Pa, kita sudah terlambat, ya Pa?" tanya Iana yang masih berusia sekitar tujuh tahun itu. Iana tahu bahwa tadinya mereka berencana untuk berangkat sekitar jam lima pagi dari rumah mereka di Bekasi.

"Supaya kita bisa tiba di Kebun Raya Bogor sekitar jam 10 pagi," kata ayahnya tadi malam. "Kita naik KRL dari stasiun Bekasi ke stasiun Manggarai dulu, lalu berganti KRL menuju stasiun Bogor. Dan dari stasiun Bogor kita bisa naik angkot."

Tapi karena Iana terlambat bangun, akhirnya mereka baru berangkat jam 8 pagi dari rumah. Iana jadi menyesal juga karena tidak mengindahkan nasehat ayahnya untuk segera tidur pada jam 8 malam.

"Bapa ke toilet mau pipis dulu yaa. Iana tunggu di sini yaa. Jangan ke mana-mana, yaa...." Kata ayahnya yang seorang penderita diabetes itu. Ayahnya biasanya sebentar-sebentar ingin kencing. Masih beruntung karena sepanjang perjalanan dari Manggarai ke Bogor tadi, ayahnya masih bisa menahan kencing.

"Iya, Pa. Aku tunggu di sini, ya Pa."

= = =

Iana senang sekali diajak ayahnya ke Kebun Raya Bogor.  Terbayang dalam pikiran Iana bagaimana cerita ayahnya kepadanya beberapa hari yang lalu tentang banyaknya dan besarnya pohon-pohon yang ada di dalam Kebun Raya Bogor itu.

"Kebun Raya Bogor itu luas sekali," kata ayahnya.

"Seluas apa, Pa, kebunnya?"

"Oh, sangat luas sekali. Kamu mungkin akan merasa capek kalau mengelilingi kebun itu."

Iana tersenyum mendengar jawaban ayahnya itu. Aku kuat kok, kata Iana dalam hati. Akan kubuktikan nanti, Iana bertekad di dalam hatinya.

Tapi sebenarnya Iana tidak terlalu tertarik dengan pohon-pohon besar yang diceritakan ayahnya itu. Iana lebih tertarik untuk melihat rusa tutul yang ada di dalam Kebun Raya, di halaman depan istana presiden itu. Iana ingin melihat dari dekat rusa-rusa tutul itu. Selain itu Iana juga ingin melihat binatang kalong yang bergelantungan di atas pohon-pohon yang tinggi yang ada di dalam Kebun Raya itu. Kata ayahnya, mungkin ada ribuan kalong yang ada di Kebun Raya Bogor.

= = =

"Pa, apa artinya bersuci?" Iana bertanya kepada ayahnya ketika mereka sedang berjalan santai di dalam Kebun Raya Bogor.

"Kenapa Iana?"

"Iya, Pa, tadi waktu Bapa lagi ada di dalam toilet di stasiun Bogor, aku dengar ada orang gede ngomong sama temannya, katanya, dia mau bersuci dulu. Apa itu maksudnya bersuci, Pa?"

Sang ayah yang tidak menyangka pertanyaan anaknya itu sejenak terdiam. Tapi dia berusaha menjawab sepanjang yang dia ketahui berdasarkan keterangan yang dia pernah dengar dari teman-temannya yang beragama Islam. Pada saat yang sama tangannya cekatan membuka smartphone miliknya untuk mencari keterangan yang dapat menjawab pertanyaan anaknya itu.

"Oh, bersuci itu maksudnya adalah karena orang itu tadi mau sembahyang kepada Allah yang Mahasuci, maka dia harus membersihkan diri dulu."

"Maksudnya, Pa?"

"Begini, kalau Iana mau bertemu gurunya, bagus gak kalau Iana datang dengan tubuh yang belepotan kotoran?" Iana menggelengkan kepalanya.

"Kalau Iana mau datang ke istana Presiden, bagus gak kalau Iana datang dengan kaki yang kotor?" Iana kembali menggelengkan kepalanya.

"Kaki yang kotor? Maksudnya, Pa?"

"Misalnya, bagaimana perasaan Iana kalau kaki Iana menginjak lumpur atau kotoran, lalu masuk ke dalam istana untuk bertemu dengan Presiden?"

"Ya, gak pantaslah, Pa?"

"Kalau Iana mau menyembah TUHAN yang Mahabesar, bagus gak kalau Iana sembahyang dengan kotoran-kotoran yang masih menempel di kaki, di tangan dan di muka?" Iana kembali menggelengkan kepalanya.

"Nah, orang yang ngomong tadi, yang katanya mau bersuci dulu itu, adalah orang yang beragama Islam yang mau shalat, mau sembahyang kepada Allah. Dia harus membersihkan diri dulu."

"Karena kebersihan adalah sebagian dari iman."

"Kok, Bapa tahu sih?" Iana bertanya. "Bapa lihat di Google? Pasti Bapa lihat di Google!"

"Iya, Pa. Bapa lihat di Google aja kalau ada yang gak ngerti. Ibu guruku juga bilang begitu."

Sang ayah melihat bagaimana potensi cepatnya perkembangan pengetahuan anak-anak pada masa pandemi Covid-19. Iana semakin akrab dengan internet dan menjadi lebih mandiri untuk mencari dan menambah pengetahuan mereka.

Sang ayah kembali tersenyum saat membayangkan lagak sok tahu putri bungsunya itu sambil mencoba mencari keterangan melalui smartphone miliknya. Dia mencoba melahap sejumlah keterangan tambahan tentang bersuci. Dia ingin langsung terlihat siap kapanpun Iana bertanya kepadanya tentang bersuci.

Sang ayah mengambil pelajaran tentang betapa pentingnya seorang manusia yang fana untuk membersihkan dirinya dulu sebelum datang sujud menyembah Allah di takhtaNya yang suci. Itu pasti diajarkan dalam setiap agama kepada para pemeluknya. Bersuci, baik secara lahiriah ataupun batiniah; dari kepala, tangan dan kaki, bahkan sampai ke dalam hati.

Dilansir dari kumparan.com, didapatkan keterangan bahwa bersuci dalam Islam dikenal dengan istilah thaharah. Ini adalah suatu kegiatan bersuci dari hadas dan najis yang menyebabkan seseorang diperbolehkan mengerjakan ibadah.

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah oleh kalian muka dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian dan basuhlah kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki." (Al-Maidah ayat 6).

= = =

Dalam perjalanan pulang kembali, di dalam KRL, dari stasiun Bogor ke Manggarai, sambil menahan rasa kantuknya, Iana bertanya kepada ayahnya, "Pa, kita orang Kristen perlu bersuci juga, gak Pa?" Ayahnya mengangguk.

"Pa, setelah sampai di rumah nanti, aku mau mandi dulu ya, Pa. Aku mau membersihkan diri dulu sebelum kita sembahyang bersama ya, Pa." Ayahnya mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum. Dan, Iana pun akhirnya tertidur lelap di bangkunya sesuai Prokes 5M yang juga diterapkan dalam setiap perjalanan KRL

Selamat menjalankan pola hidup sehat dan tetap semangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun