"Kaki yang kotor? Maksudnya, Pa?"
"Misalnya, bagaimana perasaan Iana kalau kaki Iana menginjak lumpur atau kotoran, lalu masuk ke dalam istana untuk bertemu dengan Presiden?"
"Ya, gak pantaslah, Pa?"
"Kalau Iana mau menyembah TUHAN yang Mahabesar, bagus gak kalau Iana sembahyang dengan kotoran-kotoran yang masih menempel di kaki, di tangan dan di muka?" Iana kembali menggelengkan kepalanya.
"Nah, orang yang ngomong tadi, yang katanya mau bersuci dulu itu, adalah orang yang beragama Islam yang mau shalat, mau sembahyang kepada Allah. Dia harus membersihkan diri dulu."
"Karena kebersihan adalah sebagian dari iman."
"Kok, Bapa tahu sih?" Iana bertanya. "Bapa lihat di Google? Pasti Bapa lihat di Google!"
"Iya, Pa. Bapa lihat di Google aja kalau ada yang gak ngerti. Ibu guruku juga bilang begitu."
Sang ayah melihat bagaimana potensi cepatnya perkembangan pengetahuan anak-anak pada masa pandemi Covid-19. Iana semakin akrab dengan internet dan menjadi lebih mandiri untuk mencari dan menambah pengetahuan mereka.
Sang ayah kembali tersenyum saat membayangkan lagak sok tahu putri bungsunya itu sambil mencoba mencari keterangan melalui smartphone miliknya. Dia mencoba melahap sejumlah keterangan tambahan tentang bersuci. Dia ingin langsung terlihat siap kapanpun Iana bertanya kepadanya tentang bersuci.
Sang ayah mengambil pelajaran tentang betapa pentingnya seorang manusia yang fana untuk membersihkan dirinya dulu sebelum datang sujud menyembah Allah di takhtaNya yang suci. Itu pasti diajarkan dalam setiap agama kepada para pemeluknya. Bersuci, baik secara lahiriah ataupun batiniah; dari kepala, tangan dan kaki, bahkan sampai ke dalam hati.