Mohon tunggu...
Iman Agung Silalahi
Iman Agung Silalahi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar hidup sehat holistik

Selalu merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat mitra kerja atau sahabat berhasil menemukan inspirasi dan keyakinan diri untuk mencapai apa yang diimpikannya. Tertarik menjadi pembelajar hidup sehat holistik sejak Februari 2021 setelah resmi menyandang status penderita diabetes tipe 2.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran Sebentar Lagi, Belanja Apa? Bijak-bijaklah Berbelanja

7 Mei 2021   06:34 Diperbarui: 7 Mei 2021   06:43 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Halo teman semua. Salam sehat dan tetap semangat.

Lebaran sebentar lagi. Betul. Dalam hitungan logika, memang Lebaran sebentar lagi, tinggal enam hari saja dari sekarang. Tapi dalam hitungan rasa, Lebaran sebentar lagi itu relatif, tergantung pada siapa yang merasakannya.

Pada mereka yang tetap aktif berkegiatan atau selalu memiliki kesibukan yang dinikmati selama bulan puasa, Lebaran memang rasanya sebentar lagi, bahkan mungkin lebih sebentar dari yang mereka bayangkan. Tapi bagi mereka yang lebih sering melihat jarum jam berputar, atau bagi mereka yang suka menghitung hari dan melihat tanggal di kalender, maka seberapa lama lagi mereka harus menunggu Lebaran dalam sebuah penantian? Hmmm....

Lebaran sebentar lagi itu memang sebuah kepastian, bukan sebuah janji yang sekedar untuk ngasih harapan. Lebaran sebentar lagi itu memang sebentar lagi, tak perduli apakah ada yang mau menunggu kedatangannya atau cuek bebek terhadapnya. Lebaran sebentar lagi itu sama pastinya seperti malam yang akan berganti menjadi pagi.

Tapi belanja? Tentu saja semua orang mau belanja, tapi bisa gak? Oh, kamu bisa. Oh, saya bisa. Oh, kita semua bisa. Semua mengacungkan tangan tanda bisa belanja. Tapi, apa benar bisa belanja? Syukurlah kalau memang semuanya mau dan bisa belanja. Tapi belanja apa? Lalu, bagaimana belanjanya, langsung ke tokonya atau online? Bayar kontan atau ngutang?

Ah, Kompasiana memang hebat dalam mengatur alur dan urutan tema SAMBER. Secara tidak langsung dan secara perlahan kita dibuat untuk menikmati bulan puasa dan mempersiapkan diri bagaimana seharusnya menyambut Lebaran.

Terus terang, kami tidak pernah belanja untuk keperluan kami sendiri di hari Lebaran. Untuk apa? Kami 'kan tidak merayakan Lebaran? Tapi setiap tahun isteri saya selalu merasa ada yang kurang kalau tidak belanja sebelum hari Lebaran. Apakah dia latah ikut-ikutan ingin belanja, apalagi sebagai seorang wanita yang cenderung tidak bisa melihat tulisan-tulisan promosi seperti: 'Harga discount', 'Beli dua gratis satu', dan sebagainya? Jawabnya, Tidak.

Pertanyaannya, mau belanja apa saja, kok sampai harus belanja? Ya, mirip dengan tema SAMBER hari ini: Lebaran sebentar lagi, belanja apa? Akhirnya, saya mengerti bahwa dia berbelanja, bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk orang-orang yang membutuhkannya.

Prinsip berbelanja yang biasa saya terapkan selama ini adalah sbb:

1. Belanjalah apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan.

2. Belanjalah sesuai kemampuan, bukan sesuai kemauan.

3. Belanjalah untuk berbagi, bukan untuk kepentingan diri.

4. Belanjalah dengan jujur, bukan dengan sifat takabur.

5. Belanjalah pada tempat dan saat yang tepat, jangan tergiur pada rayuan promosi hebat.

1. Belanjalah apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Bicara tentang keinginan, itu tidak akan habis-habisnya. Apa saja bisa diinginkan. Ingin punya barang itu seperti yang dipunyai orang lain, agar diri ini bisa mendapat pengakuan dari orang lain. Ingin punya beberapa barang itu, gak cukup kalau cuma satu, agar diri ini bisa lebih dari orang lain. Ingin punya jenis barang yang lain agar berbeda dari orang lain. Ingin punya jenis barang itu, untuk menambah koleksi. Apa yang terbayang di otak, atau apa yang dilihat mata atau  apa yang didengar telinga, ketiganya sering berkolaborasi untuk pada akhirnnya mendorong emosi dan merangsang keinginan untuk membeli dan memiliki.

Tapi apakah yang diinginkan itu adalah kebutuhan saat ini atau paling tidak dalam jangka waktu dekat ini? Itu belum tentu, bukan? Karena itu, bijak-bijaklah untuk berbelanja.

2. Belanjalah sesuai kemampuan, bukan sesuai kemauan. Kemauan bisa saja setinggi langit, tapi bagaimana dengan kemampuan? Jangan sampai terjadi nafsu besar, tapi tenaga kurang. Itu loyo dan bahkan impoten namanya.

Bijaklah berbelanja sesuai kemampuan. Seberapa besar penghasilan kita? Seberapa besar dari penghasilan kita yang akan kita belanjakan untuk kebutuhan kita? Jangan sampai terjadi lebih besar pasak daripada tiang, bukan?

3. Belanjalah untuk berbagi, bukan untuk kepentingan diri. Apa yang saya maksudkan dengan hal ini? Begini, saya bukan katakan bahwa belanjalah dan bagikan apa yang kita belanjakan kepada orang lain. Bukan hal seperti itu yang saya maksudkan. Tapi kalau ada yang mau berbuat seperti, ya monggo, silakan saja.

Yang saya maksudkan dengan belanjalah untuk berbagi, bukan untuk kepentingan diri adalah sebuah ajakan agar ketika kita berbelanja sedapat mungkin sambil memikirkan kepentingan orang lain juga.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran supermarket yang dimiliki pengusaha besar dan berduit itu telah membuat toko-toko kecil di pasar rakyat atau warung-warung rumahan kalah dalam bersaing. Para pembeli tentu lebih senang dan nyaman berbelanja di supermarket yang berpendingin udara, dilayani pramuniaga yang cantik dan menarik, dan mendapatkan harga yang lebih kompetitif daripada berbelanja di pasar rakyat dan warung-warung rumahan yang pemiliknya adalah relatif dari golongan 'orang kecil'.

Kalau kita punya sumber penghasilan yang agak lebih -- tergantung masing-masing kita tentang lebihnya itu -- dan kalau apa yang akan kita belanjakan ada melulu untuk kebutuhan diri sendiri apa gak sebaiknya kita juga berbelanja di toko dan warung milik orang kecil?

Lain halnya kalau kita berbelanja yang belanjaannya akan kita bagikan kepada orang lain. Pada keadaan yang demikian, belanja di tempat perbelanjaan yang dapat memberikan harga yang lebih kompetitif tentu akan lebih tepat, apalagi kalau sumber penghasilan kita juga terbatas. Keberadaan toko online setidaknya merupakan salah satu solusi hemat untuk kita dapat berbagi.

4. Belanjalah dengan jujur, bukan dengan sikap takabur. Sikap takabur adalah sebuah sikap di mana seseorang terlihat menyombongkan diri atau merasa diri lebih penting, lebih tinggi dan lebih baik dari orang lain. Padahal siapa kita? Di atas langit masih ada langit, bukan? Berbelanjalah dengan jujur, jujur pada diri sendiri, tidak menipu diri sendiri, apalagi menipu orang lain.

5. Belanjalah pada tempat dan saat yang tepat, jangan tergiur pada rayuan promosi hebat. Orang-orang yang bekerja di bagian penjualan dan pemasaran tentu paham bagaimana menggunakan faktor-faktor psikologis untuk 'merayu' calon pembeli produk mereka. Selalu ada saja trik dan kiat mereka, bervariasi dari satu waktu ke waktu yang lain, kadang menggunakan kata-kata dan ada kalanya juga menggunakan gambar-gambar, dan bahkan mungkin saja juga sambil menggunakan pramuniaga cantik yang cantik juga tutur katanya. Tujuannya satu, yakni bagaimana agar calon pembeli tertarik untuk membeli produk mereka.

Beberapa kata atau kalimat atau gambar-gambar yang mungkin digunakan untuk 'merayu' calon pembeli pembeli, misalnya:

a. Harga discount.

b. Beli dua gratis satu, dsb.

c. Belanja dan dapat voucher (syarat dan kondisi berlaku, tergantung sampai seberapa banyak belanjaannya dan sampai kapan voucher itu masih berlaku)

d. Limited edition.

e. Sisa ekspor.

f. Label harga, misal: Rp 90.999,- (Gak sampai Rp 100 ribu)

g. Harga khusus untuk orang-orang tertentu, misal pemegang 'member card' atau kartu kredit tertentu.

Nah, Lebaran sebentar lagi, kamu mau belanja apa?

Yuk belanja. Tapi bijak-bijaklah dalam berbelanja. Jadilah pembelanja yang bijaksana.

Selamat menjalankan pola hidup sehat dan tetap semangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun