Halo teman semua. Salam hidup sehat dan tetap semangat.
"Bulan Ramadan adalah bulan berbagi untuk bisa lebih peduli kepada sesama. Oleh karena itu jangan kamu pelit."
Begitulah mungkin kira-kira bunyi salah satu pesan yang pernah saya dengar melalui radio dan televisi, dari seorang Kiai, penceramah kondang asal Betawi, bernama lengkap Zainudddin Muhammad Zein.
Saya termasuk yang suka mendengarkan ceramah dari KH. Zainuddin MZ, kelahiran Jakarta, 2 Maret 1952, yang juga tersohor dengan sebutan Dai Sejuta Umat. Saya masih bisa ingat bagaimana pemirsa televisi dan pendengar radio mendengarkan ceramahnya dengan penuh minat.Â
Maklum, sang Kiai menyampaikan ceramahnya yang penuh makna itu sering dengan kata-kata yang lucu dan kocak. Kita yang mendengarkan ceramahnya bisa terpingkal-pingkal tertawa ngakak.
Salah satu pesan lain yang juga sering disampaikan oleh KH Zainuddin MZ, khususnya pada saat berceramah di bulan Ramadan seperti sekarang ini adalah agar kita selalu mengingat untuk memberikan santunan kepada janda-janda tua dan anak-anak yatim-piatu. Pesan tersebut walau khususnya ditujukan kepada umat Islam, tapi pada hakekatnya pesan tersebut penting juga untuk didengarkan dan disimak oleh semua umat manusia.
Saat ini saya tidak bermaksud untuk membahas tentang apa itu zakat. Saya pikir saya bukanlah orang yang tepat atau berkompeten untuk menulis tentang zakat. Karena itu, biarlah orang lain yang lebih berkompeten saja yang akan menerangkan tentang: Apa itu zakat? Kenapa harus berzakat? Siapa yang wajib memberikan zakat? Bagaimana urutan prioritas penerima zakat? Dan bagaimana menyalurkan zakat?
Tetapi karena tema SAMBER (Satu Ramadan Bercerita) Hari 23 adalah Zakat/Donasi 'Online' di Era Digital, di mana penekanannya tampaknya adalah bagaimana menyalurkan zakat/donasi itu secara 'online' di era digital seperti sekarang ini, maka saya mencoba untuk menyusuri beberapa sumber keterangan yang ada dan mempersembahkannya kepada teman semua.
Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, yang jelas kita semua sekarang sudah berada di suatu era yang disebut era Revolusi Industri 4.0 atau yang disebut juga era digital 4.0.
Era digital 4.0 ini adalah suatu era yang belum pernah terbayangkan sebelumnya oleh generasi orang-orang, termasuk saya, yang pada masa kecilnya lebih suka bermain di lapangan daripada di suruh tidur siang. Umumnya orang-orang yang segenerasi dengan saya selalu memohon maaf karena kondisi 'gaptek'Â (gagap teknologi) yang dideritanya.
Era digital 4.0 ini adalah suatu era yang justru sangat dinikmati oleh generasi milenial (Gen Y: lahir 1981-1996) dan generasi-generasi berikutnya (Gen Z: 1997-2012, dan Gen Alpha: 2013-2025) yang memang lebih suka mengurung diri di dalam kamar sambil menikmati gawai elektronik mereka daripada disuruh bermain di luar rumah. Era digital 4.0 membuat dunia menjadi lebih dekat -- sedekat layar gawai - kepada generasi milenial dan generasi-generasi berikutnya.