Mohon tunggu...
Iman Agung Silalahi
Iman Agung Silalahi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar hidup sehat holistik

Selalu merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat mitra kerja atau sahabat berhasil menemukan inspirasi dan keyakinan diri untuk mencapai apa yang diimpikannya. Tertarik menjadi pembelajar hidup sehat holistik sejak Februari 2021 setelah resmi menyandang status penderita diabetes tipe 2.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengetahui Jumlah dan Nama Nabi Itu Penting, tapi Lebih Penting Lagi Meneladani Nabi

3 Mei 2021   22:10 Diperbarui: 3 Mei 2021   22:26 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pada suatu kali salah seorang anak saya pernah bertanya kepada saya, "Pa, ada berapa banyak jumlah Nabi dan Rasul yang Tuhan utus untuk umat manusia?" Sontak saya terkejut dengan pertanyaan itu. Saya katakan sejujurnya kepada anak saya  bahwa saya tidak tahu ada berapa banyak Nabi dan Rasul yang menjadi utusan Allah. Saya hanya menjawab beberapa nama saja sesuai dengan yang saya ketahui. Salah satunya adalah Nabi Isa AS atau yang dikenal di kalangan umat Nasrani dengan nama Yesus Kristus.

Saya tanyakan pada anak saya pada saat itu, "Apa pentingnya buat kamu untuk mengetahui jumlah Nabi dan mengetahui semua nama Nabi?"

Saya katakan pada anak saya pada saat itu, "Yang paling penting itu adalah bagaimana kita meneladani atau mengambil teladan dari kehidupan setiap Nabi yang kita ketahui."

= = =

Dilansir dari republika.co.id, para ulama berselisih pendapat dengan jumlah Nabi dan rasul. Ada yang menyebutkan bahwa jumlah Nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan jumlah Rasul sebanyak 313 orang, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra. (Lihat Ibnu Katsir i/585). Tetapi di dalam Al-Quran ada disebutkan 25 nama Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dan diimani oleh umat muslim sesuai dengan Rukun Iman yang keempat dari 6 Rukun Iman itu.

Saya menjadi teringat dengan sosok seorang Pak Eman Sulaeman, guru yang mengajarkan pelajaran Agama Islam ketika saya bersekolah di sebuah SD Negeri di kota Bogor. Beliau adalah guru agama yang sangat baik, menurut saya. Sebelum mengajarkan pelajaran Agama Islam, beliau selalu terlebih dahulu bertanya kepada saya apakah saya ingin mendengarkan pelajaran agama Islam atau tidak. Kalau saya berkeberatan, beliau mengijinkan saya meninggalkan ruangan kelas, terserah pada saya saja.

Maklum, saya adalah satu-satunya murid di ruang kelas itu yang beragama Kristen. Pada saat itu tidak ada pelajaran agama Kristen di sekolah tersebut. Mungkin karena jumlah murid yang beragama Kristen sangat sedikit di sekolah tersebut. Tetapi walaupun demikian, kebebasan untuk beribadah sesuai agama masing-masing murid tetap sangat dihargai dan dihormati oleh Pak Eman Sulaeman.

Pernah Pak Eman bilang di dalam ruang kelas bahwa walaupun Nabi Isa AS adalah Nabi yang identik dengan agama Nasrani, tetapi umat Islam wajib mengetahui dan mengimani semua Nabi dan Rasul, termasuk Nabi Isa AS. Karena, kata Pak Eman pada saat itu, umat muslim wajib untuk memahami dan mengamalkan semua 6 Rukun Iman dalam kehidupan sehari-hari:

1. Iman kepada Allah SWT.

2. Iman kepada para Malaikat.

3. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul.

5. Iman kepada hari akhir (kiamat).

6. Iman kepada Qada dan Qadar (takdir).

= = =

Saya percaya dan mengimani bahwa masing-masing Nabi dan Rasul tentu saja mempunyai misi dan pekabaran dari Allah untuk manusia pada zamannya. Jangankan Nabi dan Rasul, sedangkan masing-masing kita, Anda, saya dan bahkan setiap orang, saya percaya bahwa tidak ada yang kebetulan yang terjadi pada masing-masing kita. Allah pasti mempunyai maksud tertentu dengan kelahiran masing-masing kita di bumi ini.

Saya memang seorang Nasrani. Tapi kalaupun saat ini saya menulis tentang keteladanan yang dapat diambil dari kisah kehidupan Nabi Isa AS, itu bukan berarti bahwa saya mengenyampingkan keteladanan dari setiap Nabi dan Rasul lainnya. Saya menuliskan keteladanan Nabi Isa AS atau Dia yang dikenal di kalangan umat Nasrani dengan nama Yesus Kristus itu pada kesempatan kali ini karena nama Nabi inilah yang paling akrab tinggal dalam ingatan saya. Saya mohon maaf kalau ada yang merasa kurang atau tidak nyaman dengan tulisan saya ini. Tapi saya percaya bahwa kita semua tetap bersahabat sebagai sesama anak bangsa, bukan?

Ini sama halnya ketika saya memilih Gus Dur sebagai presiden favorit saya dibandingkan dengan presiden-presiden yang lainnya. Bukannya saya tidak menghargai presiden-presiden yang lain. Tapi saya memilih Gus Dur karena sosok presiden Gus Dur yang begitu mengena dan cocok dalam alam pikiran saya sebagai anak bangsa. Masing-masing orang tentu saja berhak untuk memiliki presiden favoritnya masing-masing. Gitu aja kok repot? Begitu mungkin Gus Dur akan berkomentar tentang keberagaman pilihan masing-masing individu. Maklumlah, Gus Dur sudah disebut dan dikenal sebagai Bapak Pluralisme Indonesia, bukan?

= = =

Sekarang kita kembali ke laptop. Kita kembali ke topik SAMBER (Satu Ramadan Bercerita) hari ini. Ada banyak teladan yang dapat diambil dari kehidupan Nabi Isa AS atau Yesus Kristus. Tapi ijinkan saya untuk saat ini menuliskan 5 saja keteladanan dari Nabi Isa AS atau Yesus Kristus itu sebagai berikut ini:

1. Memiliki kebiasaan untuk pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat. (Dikutip dari Kitab Injil Lukas 4 : 16). Sebagai orang yang dilahiran sebagai orang Yahudi, Dia membiasakan diri untuk pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat bukan supaya Dia mendapatkan identitas diri atau dikenal sebagai pemeluk agama Yahudi. Dia terbiasa pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat bukan supaya Dia bisa ngobrol-ngobrol dengan sesama teman atau rekan bisnis. Dia memiliki kebiasaan untuk pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat untuk menyembah TUHAN, Allah yang Maha Esa.

Ketika pandemi Covid-19 belum terjadi, seberapa terbiasa masing-masing kita pergi ke rumah ibadah untuk menyembah TUHAN, Allah yang juga Mahakuasa?

Ketika pandemi Covid-19 masih terjadi seperti sekarang ini, seberapa terbiasa masing-masing kita mengikuti ibadah virtual untuk menyembah TUHAN, Allah yang juga Mahabesar?

Pandemi Covid-19 bukanlah suatu alasan untuk tidak beribadah kepada TUHAN. Kita, manusia yang tidak berdaya ini, sudah sepatutnya untuk semakin bergantung pada Allah yang juga Maha Pengasih dan Maha Penyayang di tengah pandemi Covid-19 ini.

2. Memiliki keberanian untuk menempelak kemunafikan. Baik di Kitab Injil ataupun di Al-Qur'an, terdapat banyak ayat-ayat yang menerangkan bagaimana Nabi Isa AS atau Yesus Kristus menempelak kemunafikan para pemimpin agama Yahudi. Salah satu kisah yang paling menarik perhatian saya adalah kisah ketika Nabi Isa AS atau Yesus Kristus menjugkirbalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagan merpati di halaman Bait Allah.

Para Imam dan ahli-ahli Taurat, kaum Farisiyun, kaum Shaduqiyun, dan semua yang disebut tokoh-tokoh agama mempertontonkan kemunafikan mereka dalam praktek dagang di halaman Bait Allah itu. Mereka seperti terlihat menyembah Allah, tetapi yang menjadi keutamaan buat hidup mereka adalah uang semata-mata. Secara langsung atau tidak langsung, mereka memangsa kaum fakir miskin dengan cara menjual hewan-hewan kurban dengan harga yang sangat tinggi.

Hati saya terasa panas melihat kemunafikan seperti itu. Tetapi seberapa berani saya untuk menegur setiap kemunafikan? Jangan-jangan saya adalah salah seorang yang munafik itu sehingga saya tidak memiliki keberanian untuk menempelak kemunafikan.

3. Memiliki kesabaran dan ketabahan. Baik di Injil ataupun di Al-Qur'an terdapat kisah yang menunjukkan bagaimana Nabi Isa AS atau Yesus Kristus memiliki kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi dan menanggung penderitaan dan pergumulan hidup ketika mendapat perlakuan tidak senonoh dari orang-orang yang membenciNya. Dia diejek, tapi Dia diam saja. Dia dihina, tapi Dia diam juga. Dia dianiaya, tapi Dia tidak melawan. WajahNya diludahi, Dia biarkan saja. WajahNya ditempeleng, Dia biarkan juga.

Sebagai seorang Nasrani, sebagai seorang yang mengaku sebagai pengikut Yesus Kristus saat ini, seberapa sabar dan seberapa tabah saya mendapat perlakuan-perlakuan yang seperti itu?

4. Memiliki hati yang mudah berbelas-kasihan. Injil dan Al-Quran juga sama-sama memuat kisah keteladanan Nabi Isa AS atau Yesus Kristus dalam menunjukkan belas kasihan kepada setiap orang yang tersingkirkan, baik karena penyakit fisik, mental, sosial ataupun rohani. Salah satu kisah yang sangat menarik perhatian saya adalah kisah tentang bagaimana Nabi Isa AS atau Yesus Kristus memperlakukan seorang perempuan kedapatan berbuat zina.

Perempuan yang kedapatan berbuat zina tersebut dibawa oleh imam-imam orang Yahudi ke hadapan Yesus. Mereka sedang membuat sebuah jebakan Batman untuk Yesus. Kalau Nabi Isa AS atau Yesus Kristus membebaskan perempuan yang berbuat zina tersebut, berarti Dia menentang Taurat Musa. Sebaliknya, kalau Dia mengatakan bahwa perempuan yang kedapatan berbuat zina itu harus dibunuh, maka perkataanNya itu justru menghancurkan diriNya sendiri yang selama ini selalu membawa pekabaran tentang kasih.

Tetapi Nabi Isa AS atau Yesus Kristus tahu jebakan Batman tersebut. Dia juga tahu persekongkolan yang sudah terjadi di antara para imam tersebut. Dia juga tahu bahwa para imam orang Yahudi memiliki kesalahan yang lebih banyak daripada perempuan tersebut.

Akhirnya Nabi Isa AS atau Yesus Kristus dengan suara tegas dan keras berkata, "Barangsiapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

5. Mencintai musuh yang berbuat jahat. Taurat Musa mempersilakan seseorang untuk melakukan pembalasan yang setimpal: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Nabi Isa AS atau Yesus Kristus memberikan sebuah ajaran yang baru yang bertentangan dengan ajaran yang diyakini sebagai kebenaran oleh orang Yahudi pada saat itu. Nabi Isa AS atau Yesus berdakwah, "... siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Seberapa mungkin saya melakukan hal tersebut? Boro-boro...! Kita disalib mobil atau motor orang lain saja sudah sewot pengen balas nyalib. Apalagi kalau ditampar? Hmmm.... Tapi itulah teladan kehidupan dan ajaran dari Nabi Isa AS atau Yesus Kristus.

Pasti lebih mudah untuk mengatakan daripada mempraktekkan teladan dari seorang Nabi. Semoga masing-masing kita memiliki kerinduan untuk meneladani kisah-kisah Nabi dan para Sahabat.

Selamat menjalani pola hidup sehat dan tetap semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun