4. Iman kepada Nabi dan Rasul.
5. Iman kepada hari akhir (kiamat).
6. Iman kepada Qada dan Qadar (takdir).
= = =
Saya percaya dan mengimani bahwa masing-masing Nabi dan Rasul tentu saja mempunyai misi dan pekabaran dari Allah untuk manusia pada zamannya. Jangankan Nabi dan Rasul, sedangkan masing-masing kita, Anda, saya dan bahkan setiap orang, saya percaya bahwa tidak ada yang kebetulan yang terjadi pada masing-masing kita. Allah pasti mempunyai maksud tertentu dengan kelahiran masing-masing kita di bumi ini.
Saya memang seorang Nasrani. Tapi kalaupun saat ini saya menulis tentang keteladanan yang dapat diambil dari kisah kehidupan Nabi Isa AS, itu bukan berarti bahwa saya mengenyampingkan keteladanan dari setiap Nabi dan Rasul lainnya. Saya menuliskan keteladanan Nabi Isa AS atau Dia yang dikenal di kalangan umat Nasrani dengan nama Yesus Kristus itu pada kesempatan kali ini karena nama Nabi inilah yang paling akrab tinggal dalam ingatan saya. Saya mohon maaf kalau ada yang merasa kurang atau tidak nyaman dengan tulisan saya ini. Tapi saya percaya bahwa kita semua tetap bersahabat sebagai sesama anak bangsa, bukan?
Ini sama halnya ketika saya memilih Gus Dur sebagai presiden favorit saya dibandingkan dengan presiden-presiden yang lainnya. Bukannya saya tidak menghargai presiden-presiden yang lain. Tapi saya memilih Gus Dur karena sosok presiden Gus Dur yang begitu mengena dan cocok dalam alam pikiran saya sebagai anak bangsa. Masing-masing orang tentu saja berhak untuk memiliki presiden favoritnya masing-masing. Gitu aja kok repot? Begitu mungkin Gus Dur akan berkomentar tentang keberagaman pilihan masing-masing individu. Maklumlah, Gus Dur sudah disebut dan dikenal sebagai Bapak Pluralisme Indonesia, bukan?
= = =
Sekarang kita kembali ke laptop. Kita kembali ke topik SAMBER (Satu Ramadan Bercerita) hari ini. Ada banyak teladan yang dapat diambil dari kehidupan Nabi Isa AS atau Yesus Kristus. Tapi ijinkan saya untuk saat ini menuliskan 5 saja keteladanan dari Nabi Isa AS atau Yesus Kristus itu sebagai berikut ini:
1. Memiliki kebiasaan untuk pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat. (Dikutip dari Kitab Injil Lukas 4 : 16). Sebagai orang yang dilahiran sebagai orang Yahudi, Dia membiasakan diri untuk pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat bukan supaya Dia mendapatkan identitas diri atau dikenal sebagai pemeluk agama Yahudi. Dia terbiasa pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat bukan supaya Dia bisa ngobrol-ngobrol dengan sesama teman atau rekan bisnis. Dia memiliki kebiasaan untuk pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat untuk menyembah TUHAN, Allah yang Maha Esa.
Ketika pandemi Covid-19 belum terjadi, seberapa terbiasa masing-masing kita pergi ke rumah ibadah untuk menyembah TUHAN, Allah yang juga Mahakuasa?