Halo teman-teman sesama diabetesi.
International Diabetes Federation (IDF) melaporkan bahwa ada 463 juta orang dewasa di dunia yang menderita penyakit diabetes pada tahun 2020. Indonesia menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan pasien diabetes tertinggi. Diperkirakan bahwa ada lebih dari 10,8 juta penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2020. Jumlah ini tentu akan terus bertambah dari tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia akan meningkat secara signifikan menjadi sekitar 16,7 juta orang pada tahun 2045.
Menurut saya, kalau saja setiap orang tahu bagaimana buruknya dampak dan akibat penyakit diabetes bagi diri penderita dan keluarganya, kalau saja setiap orang sadar dan waspada lebih awal terhadap setiap gejala penyakit diabetes, maka saya yakin bahwa angka kenaikan jumlah penderita diabetes akan dapat ditekan.
Masalahnya, kebanyakan orang yang sudah berada dalam status pra-diabetes masih menganggap remeh setiap gejala diabetes. Mereka masih terus mempertahankan pola hidup yang buruk bagi kesehatan. Mereka masih terus memanjakan selera makan. Mereka masih sangat kurang dalam melakukan gerak badan. Mereka tidak waspada terhadap datangnya serangan penyakit diabetes. Padahal, menurut kalangan medis, diabetes adalah juga salah satu penyakit yang mendapat julukan sebagai 'the silent killer' - pembunuh secara diam-diam.
Itulah yang terjadi pada diri saya juga. Sejak tahun 2015, atau selama lebih dari 5 tahun berturut-turut, saya sudah disarankan oleh dokter untuk waspada terhadap diabetes. Setiap tahun dokter selalu mengatakan bahwa saya sudah berada pada status pra-diabetes.
Pada saat peringatan Hari Diabetes Sedunia bulan Nopember 2020 yang lalu, dr. Pradan Soewondo, Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Endokrin Metabolik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan bahwa diperkirakan ada 27 juta orang yang sudah berada pada status pra-diabetes di Indonesia pada tahun 2017 yang lalu. Ini berarti bahwa saya adalah salah seorang di antaranya.
Tapi saat itu saya masih berpikir bahwa tidak akan ada masalah dengan kadar glukosa puasa saya yang selalu berada di atas 150 mg/dL. Saya masih berharap agar gejala-gejala yang saya rasakan akan hilang dengan sendirinya. Bahkan, saya masih sempat meyakin diri sendiri bahwa saya akan kuat. Padahal secara perlahan namun pasti, manisnya gula di dalam darah saya sedang menggerogoti kekuatan tubuh saya.
Saya bukanlah seorang dokter. Saya juga bukanlah seorang ahli gizi. Tapi walaupun demikian, saya ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang apa yang saya ketahui dan alami sehubungan dengan penyakit diabetes ini. Semoga teman-teman diabetesi akan seperti saya juga, seorang penderita diabetes tipe 2, yang tidak mau menyerah terhadap 'si manis' ini.
Proses terjadinya diabetes
Diabetes Melitus atau diabetes adalah suatu penyakit metabolik yang dikenal juga dengan nama penyakit 'kencing manis'. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa puasa sampai melebihi 100 mg/dL dan nilai HbA1C (hemoglobin A1C yang berikatan dengan glukosa selama tiga bulan terakhir) mencapai 6,5% atau lebih.
Secara umum dikenal ada dua jenis utama diabetes: