Akhlak dalam Islam menjadi dasar bagi setiap individu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Akhlak, yang mencakup moralitas dan etika, mengarahkan seorang muslim untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh ajaran Islam, baik dalam hubungan dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia. Manusia merupakan puncak ciptaan Allah yang memiliki enam komponen pokok, yaitu fisik, intelek, emosi, rohani, kepribadian, dan sosial. Dengan demikian, akhlak manusia terbagi dua, yaitu akhlak individu dan akhlak sosial.
1. Pengertian Akhlak Individu dan Akhlak Sosial
Akhlak menurut al-Ghazali adalah keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam dan melahirkan tindakan dengan mudah, tanpa membutuhkan pemikiran serta pertimbangan.Â
- Akhlak Individu
Akhlak individu mencakup semua aspek perilaku yang menunjukkan hubungan seorang muslim dengan Allah dan dirinya sendiri. Beberapa contoh akhlak individu adalah kejujuran, sabar, syukur, serta disiplin dalam ibadah. Akhlak individu ini melahirkan pribadi yang senantiasa berusaha memperbaiki diri dan menjaga hubungannya dengan Allah SWT.
Allah berfirman dalam Surah Al-Mu'minun ayat 1-2:
" "
"Sungguh beruntung orang-orang beriman, yaitu mereka yang khusyuk dalam shalatnya."
Ayat ini menunjukkan bahwa akhlak individu yang baik dapat tercermin dalam kekhusyukan dan kedisiplinan dalam beribadah.
- Akhlak Sosial
Akhlak sosial adalah perilaku yang berhubungan dengan interaksi seorang muslim dengan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Hal ini mencakup kasih sayang, sikap adil, tolong-menolong, dan menghormati orang lain. Akhlak sosial dalam Islam bertujuan untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang harmonis dan damai.
Dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman:
 " "
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal."
Ayat ini menegaskan pentingnya saling mengenal, menghargai, dan menjaga keharmonisan hubungan antarsesama sebagai bagian dari akhlak sosial yang diajarkan dalam Islam.
2. Keseimbangan Akhlak Individu dan Akhlak SosialÂ
Islam mengajarkan bahwa keseimbangan antara akhlak individu dan akhlak sosial adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang harmonis. Seorang muslim harus memiliki hubungan yang baik dengan Allah, namun ia juga tidak boleh melupakan tanggung jawabnya terhadap sesama manusia.
Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Hak hamba atas Allah adalah Dia tidak akan mengazab siapa saja yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun."
Hadis ini mengingatkan kita bahwa keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia harus selalu dijaga agar kehidupan dapat berjalan dengan penuh keberkahan.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)
Sejalan dengan penjelasan Al-Qur'an tentang akhlak individu dan akhlak sosial terpuji, Rasulullah meletakkan lima landasan kepribadian muslim yang beliau sendiri merupakan figur sentral yang menjadi uswatun-hasanah (teladan yang baik) bagi umat. Di atas lima landasan inilah kepribadian muslim kaffah dibangun dengan takammula, yakni menuju kesempurnan dengan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri secara terus-menerus. Kelima landasan itu dijelaskan sebagai berikut.
1. Dasar pertama adalah akidah yang benar, yang berdiri di atas keimanan yang benar, yang mendorong pada tindakan yang lurus.
2. Dasar kedua adalah perjuangan setiap pribadi muslim agar menjadi pribadi yang mendekati ideal sehingga menjadi model atau teladan yang baik bagi sesamanya. Rasulullah bersabda, " " (Seorang beriman adalah cermin bagi sesama orang beriman).
3. Dasar ketiga adalah pengembangan kapasitas diri untuk menjadi manusia pembelajar yang mencintai ilmu dan menerapkan ilmu dalam kehidupannya.
4. Dasar keempat adalah ketekunan beribadah yang menjadikan dirinya menyadari kehambaannya yang senantiasa membutuhkan Allah.
5. Dasar kelima adalah semangat berjuang untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita ideal dalam hidup dan kehidupannya sebagai seorang muslim.
3. Keseimbangan Hubungan dengan Allah, Manusia, Alam, dan Lingkungan HidupÂ
- Hablum Minallah (Hubungan dengan Allah)
Keseimbangan pertama adalah hubungan seorang muslim dengan Allah. Ibadah yang khusyuk, doa yang ikhlas, serta sikap tawakal dan rasa syukur merupakan bentuk nyata dari Hablum Minallah. Dalam Surah Az-Zumar ayat 11, Allah SWT berfirman:
"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama.'" (QS. Az-Zumar: 11)
Hubungan yang baik dengan Allah akan membentuk akhlak individu yang kuat. Dengan memperbaiki kualitas ibadah, seorang muslim akan mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan penuh dengan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari.
- Hablum Minannas (Hubungan dengan Sesama Manusia)
Hablum Minannas adalah hubungan yang baik dengan sesama manusia, yang ditandai dengan sikap toleransi, kasih sayang, dan keadilan dalam berinteraksi. Dalam sebuah hadis disebutkan:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa hubungan baik dengan orang lain adalah bagian dari keimanan yang sempurna. Seorang muslim yang memelihara Hablum Minannas akan senantiasa berusaha untuk menolong, berbagi, dan bersikap adil dalam berbagai keadaan.
- Hablum Minal Alam (Hubungan dengan Alam dan Lingkungan Hidup)
Islam mengajarkan kita untuk menghormati dan menjaga alam sebagai bentuk tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 30:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.'" (QS. Al-Baqarah: 30)
Hubungan yang baik dengan lingkungan hidup menunjukkan sikap seorang muslim yang menjaga amanah sebagai khalifah. Dengan menjaga kebersihan lingkungan, melindungi flora dan fauna, serta menggunakan sumber daya alam secara bijaksana, seorang muslim dapat merefleksikan akhlak yang baik terhadap alam.
Oleh karena itu, seorang muslim harus menjaga keseimbangan antara hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar. Misalnya, tidak merusak lingkungan dan berperilaku ramah terhadap alam adalah bagian dari akhlak sosial yang Islami.
4. Akhlak Individu dan Sosial dalam Pembentukan Kepribadian Muslim KaffahÂ
Seorang muslim kaffah adalah mereka yang menyeimbangkan akhlak individu dan sosial, serta menjaga hubungannya dengan Allah, manusia, dan lingkungan. Dengan membentuk kepribadian yang kaffah, seorang muslim akan menjalani kehidupan yang lebih harmonis dan bermanfaat.
Rasulullah SAW bersabda:
" "
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad).
Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa seorang muslim sejati adalah mereka yang mampu memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungannya.
Kepribadian muslim kafah sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya adalah jati diri muslim yang memiliki keyakinan, kesadaran, eksistensi, dan sibgah atau identitas khusus yang membedakannya dari pemeluk agama-agama lain. ibgah seorang muslim itu dapat dirinci sebagai berikut :
- Tauhid atau Muwahid : Pada hakikatnya, setiap pribadi muslim adalah seorang muwahid, seorang yang tawhidullah, yakni meneguhkan bahwa Allah itu ahad dan Maha Esa.
- Ibadah : Setiap pribadi muslim pada hakikatnya adalah al-abid, yakni seorang yang menjalani hidup dan kehidupan dengan prinsip ibadah.
- Amal Sholeh : setiap pribadi muslim pada hakikatnya adalah pelaku amal sholeh
- Jujur dan Kejujuran : kejujuran dalam al-quran dinamakan al-sidq
- Ikhlas atau Pribadi Muslim : Secara etimologi, ikhlas (ikhlas) berasal dari kata kerja akhlaa-yukhlisu ikhlaan yang berarti memurnikan, menjernihkan, dan membeningkan.
- Ridho Allah : Seorang muslim yang memantapkan kepribadian tauhid, ibadah, amal saleh, kejujuran, dan keikhlasan memiliki energi rohani yang cukup untuk mendaki menuju maqam rida Allah.
- Rendah Hati : Kerendahan hati atau tawadu merupakan sikap mulia karena tidak menonjol- kan kelebihan pada diri kita.
- Hidup Membawa Manfaat Bagi Orang Lain : Seorang muslim yang memantapkan kepribadian tauhid, ibadah, amal saleh, kejujuran, keikhlasan, pengabdian, dan kerendahan hati adalah pribadi yang memberi manfaat lebih banyak kepada orang lain..
- Cerdas atau Kecerdasan : Kecerdasan yang menjadi salah satu ibgah kepribadian muslim yang lebih dominan adalah kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.
- Mencintai Ilmu : Seorang muslim yang berkepribadian muslim adalah manusia yang mencintai ilmu, menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat, dan berbagi ilmu sepanjang waktu.
- Cinta Damai : Islam, selain berarti penyerahan diri kepada Allah, juga berarti damai dan kedamaian.
- Istiqomah Mudawwamah : Ada dua kunci sukses dalam mengelola hidup dan kehidupan, baik untuk kepentingan dunia maupun untuk kepentingan akhirat. Kedua kunci sukses ini adalah istiqamah mudawwamah yaitu konsisten dan berkesinambungan dalam meraih kualitas hidup di dunia dan akhirat.
- Muruah : Muruah secara bahasa berarti harga diri atau kehormatan.
- Sabar, Tangguh, dan Ulet : Selanjutnya yaitu sabar yang berarti memiliki daya tahan, tangguh, dan ulet. Dalam mendaki jalan rohani, ada tangga-tangga yang harus dilewati, salah satunya adalah kesabaran (al-abr).
- Tawakal : Tawakal (tawakkul) secara etimologi berasal dari kata wakala yang berarti mewakilkan atau mempercayakan kepada pihak lain yang diyakini memiliki kompetensi dan integritas.
- Mencintai Allah dengan Mencintai Alam : Kesadaran kosmologi para sufi mengajarkan bahwa mencintai Allah itu tidak sempurna tanpa mencintai alam.
- Kepedulian Sosial : Para sufi, seperti Abu Yazid al-Bustami, adalah pribadi yang sangat peduli terhadap kaum duafa.
- Hidup Terorganisir untuk Menguatkan Persaudaraan Muslim : Kita menyadari dengan penuh keinsafan bahwa kita tidak dapat menegakkan muruah umat tanpa kebersamaan dan persaudaraan yang solid seperti bagian sebuah bangunan yang satu dengan bagian lainnya yang saling menguatkan.
Kesimpulan
Akhlak individu dan sosial memainkan peran penting dalam membentuk keseimbangan hidup seorang muslim. Menjalin hubungan yang baik dengan Allah (Hablum Minallah), sesama manusia (Hablum Minannas), dan lingkungan hidup (Hablum Minal Alam) adalah wujud kepribadian muslim kaffah yang menyeluruh.
Dengan menjaga keseimbangan dalam ketiga aspek ini, seorang muslim dapat hidup dengan penuh keberkahan, kedamaian, dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Semoga kita semua senantiasa berusaha menjaga dan meningkatkan kualitas akhlak kita, baik dalam konteks individu maupun sosial, agar dapat menjadi pribadi yang kaffah sesuai dengan ajaran Islam.
Penulis : Muhamad Yazriel Imam Putra
Dosen Pengampu : Dr.H.Hamidullah Mahmud,LC,MA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H