2. Keseimbangan Akhlak Individu dan Akhlak SosialÂ
Islam mengajarkan bahwa keseimbangan antara akhlak individu dan akhlak sosial adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang harmonis. Seorang muslim harus memiliki hubungan yang baik dengan Allah, namun ia juga tidak boleh melupakan tanggung jawabnya terhadap sesama manusia.
Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Hak hamba atas Allah adalah Dia tidak akan mengazab siapa saja yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun."
Hadis ini mengingatkan kita bahwa keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia harus selalu dijaga agar kehidupan dapat berjalan dengan penuh keberkahan.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)
Sejalan dengan penjelasan Al-Qur'an tentang akhlak individu dan akhlak sosial terpuji, Rasulullah meletakkan lima landasan kepribadian muslim yang beliau sendiri merupakan figur sentral yang menjadi uswatun-hasanah (teladan yang baik) bagi umat. Di atas lima landasan inilah kepribadian muslim kaffah dibangun dengan takammula, yakni menuju kesempurnan dengan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri secara terus-menerus. Kelima landasan itu dijelaskan sebagai berikut.
1. Dasar pertama adalah akidah yang benar, yang berdiri di atas keimanan yang benar, yang mendorong pada tindakan yang lurus.
2. Dasar kedua adalah perjuangan setiap pribadi muslim agar menjadi pribadi yang mendekati ideal sehingga menjadi model atau teladan yang baik bagi sesamanya. Rasulullah bersabda, " " (Seorang beriman adalah cermin bagi sesama orang beriman).
3. Dasar ketiga adalah pengembangan kapasitas diri untuk menjadi manusia pembelajar yang mencintai ilmu dan menerapkan ilmu dalam kehidupannya.
4. Dasar keempat adalah ketekunan beribadah yang menjadikan dirinya menyadari kehambaannya yang senantiasa membutuhkan Allah.
5. Dasar kelima adalah semangat berjuang untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita ideal dalam hidup dan kehidupannya sebagai seorang muslim.