Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis

hobi travel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Klampok: Jawaban (12)

10 Desember 2024   22:23 Diperbarui: 10 Desember 2024   22:23 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Tak terpikir juga, sebelumnya jika ia akan punya keterikatan dengan kuliner. Apalagi, bidang keilmuan yang dipelajarinya justru arkeologi. Sebuah keilmuan yang dianggap banyak orang sebagai jurusan air mata. Pasalnya, tidak mudah untuk digunakan sebagai bekal dalam mencari pekerjaan saat ini. 

Ah sudahlah, lagi-lagi Joy menarik nafas panjang, dan melepaskan semua energi negatif yang tiba-tiba menyergap. Ia ingin semuanya ada dalam kendali. Paling tidak, ada petunjuk yang jelas dan bisa dijadikan pegangan.

Kuliner, diakuinya sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. Suka atau tidak, ia sudah punya tanggungjawab untuk menjaga kelangsungannya. Apalagi, paling tidak sekarang ada delapan keluarga yang bergantung hidupnya dari keberlanjutan resto itu. Mereka semua, sudah ia anggap sebagai bagian dari keluarganya. Merekalah yang telah membersamainya selama hampir sepuluh tahun terakhir. Sejak ia merintis usaha itu, hingga terpaksa ditutup karena keputusan pemerintah untuk membatasi pergerakan penduduk dan aktivitas warga yang berkumpul. Termasuk menutup, resto yang menjadi andalannya.

Apakah ia akan menjalani sebuah tanggungjawab baru, entahlah. Tapi Joy merasa tetap akan menjalankan bisnis kulinernya. Bisnis yang menjadi pasionnya selama hampir sepuluh tahun terakhir.

Salah satu coretannya untuk dikerjakan, menguji jawaban atas kekalutan dalam enam jam terakhir dalam hidupnya ini, membuat Joy merasa harus melangkah. Pengujian ini memang tidak ada kaitannya dengan soal dan penilaian lulus atau tidak, seperti ketika ia sekolah atau kuliah. Ini bukan soal lulus atau gagal. Ini bisa jadi bagian dari perjalanan hidup yang harus, atau akan dijalani oleh Joy kedepan.

Kesakitan dan tekanan kehidupan mungkin akan muncul, karena berjalan dalam dunia mistis yang ingin dirasionalisasikannya dalam bentuk jawaban saintifik. Kondisi seperti ini tentu saja memunculkan perjalanan mistis yang justru bertolak belakang dengan arah tujuan jalan mistis itu. Bahkan, mungkin berlawanan dengan tradisi dan budaya lahiriyah. 

Sebuah kondisi dalam masyarakat Jawa, yang bisa jadi dianggap sebagai sebuah kewajaran. Memang seperti itulah adanya. Memang sewajarnya begitu, tak ada penolakan ataupun pertentangan yang muncul atau dimunculkan. Semuanya berjalan apa adanya.

Memang, sejumlah pakar akan mencari pembenaran-pembenarannya sendiri. Mereka akan menyusun bangunan argumentasi yang njlimet, sampai-sampai mereka sendiri pun kehilangan jejak dan pegangannya. Bisa jadi. Bisa juga tidak. Atau bisa juga berada dalam titik diantara keduanya.

Kepakaran rasionalis yang jadi bawaan orok yang ada pada dirinya, membuat mereka dengan jumawa melukiskan gerakan perlawanan itu secara serampangan. Mereka memberikan penilaian atas perjalanan mistis itu sebagai musuh atau lawan budaya sejati dari tradisi ilmiah.

Sebuah tradisi yang dikatakan egaliter dan demokratis. Mungkin penting, disaat setiap orang mempunyai pengalaman batin yang berbeda meskipun mereka berjalan beriringan di jalur jalan yang sama.

Kehidupan batin setiap insan, tidak terpengaruh oleh penetapan yang dipaksakan oleh takdir. Kehidupan batin tidak ditentukan oleh jenis kelamin, kelas sosial, usia, ras, spesies, bahkan sampai tingkat tertentu kategorisasi tingkat pendidikan dan sejenisnya, terkadang juga tidak bisa dipilih dalam kehidupan yang teramat singkat. Kalau dibandingkan dengan perjalanan kemanusiaan itu sendiri yang jauh, sangat jauh lebih panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun