Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis

hobi travel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Klampok: Jawaban (12)

10 Desember 2024   22:23 Diperbarui: 10 Desember 2024   22:23 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Joy merasa sedikit agak lega. Ia telah mendapatkan kemungkinan jawaban atas ketidakpuguhan yang dialaminya  dalam enam jam terakhir. Ia pun memutuskan, akan terus mencari jawaban yang lebih pasti atas ketidakpastian yang membuatnya bingung. Joy paling sebel dengan ketidaktahuan, atau hal yang di luar kendalinya. Namun, apa arti semuanya itu yang membuatnya penasaran dan ingin mendapatkan jawaban.

Ia ingat betul, dengan beberapa tahapan yang dilaluinya barusan. Ia segera membuat pencatatan tentang urutan peristiwa dengan detail. Bahkan, ditambahkan dengan catatan-catatan perasaannya saat mengalami peristiwa itu. Mumpung semuanya terjadi tidak lebih dari tiga hari, sejak kepulangannya dari Jakarta ke kota kelahirannya, Malang. Semua terasa sangat cepat terjadi. 

Semua kronologi itu dituliskan lengkap di dalam laptop yang selalu dibawa kemanapun ia pergi. Sekarang, Joy memang tampak gelisah. Jangan-jangan apa yang diduganya betul. Jangan-jangan, apa yang dilakukannya akan menjadi takdir baru yang membawanya menuju garis kehidupan yang sangat berbeda dengan yang sudah dijalani selama sepuluh tahun terakhir. Ia ingin ketenangan, namun juga penasaran dengan sesuatu yang belum diketahuinya dengan pasti.

Jangan-jangan, ah sudahlah. Pikirannya mulai berkecamuk. Lebih baik tidak usah kebanyakan memikirkan jangan-jangan itu. Lebih baik mulai melakukan uji coba dari rangkaian tes yang sudah disiapkannya sendiri.

Lebih baik, ia mengerjakan sesuatu yang lebih pasti. Sesuatu yang menurutnya bisa dikendalikan. Meskipun, itu baru merupakan kemungkinan yang akan terjadi. Namun, paling tidak ia sudah berdiri di persimpangan jalan dengan arah yang lebih pasti. Ia tinggal memilih akan berbelok kemana jalan yang akan dilalui. Ia memang harus terjun dan melihat sendiri, kondisi kemajuan yang dicapai sebuah wilayah, misalnya.

Seandainya saja google maps bisa memberikan jawaban tercepat seperti mencari lokasi, tentu itu akan dilakukannya. Tetapi ini tidak mungkin dikerjakan oleh peta pintar itu. Berbagai pilihan yang ada itu, harus dijalani oleh dirinya sendiri. Tidak bisa juga dilakukan oleh orang lain. Tak bisa diwakilkan. Harus dilakukan sekarang.

Joy pun merasa memiliki tanggungjawab berat, untuk menjalankan sebuah amanah yang ia tak tahu persis bentuknya apa. Setahun lalu, tanggungjawabnya hanya menjalankan resto dengan menu khas bebek bakar. Menu yang membawanya dikenal banyak orang di kalangan penggemar kuliner. Ditambah lagi dengan liputan sejumlah media nasional, membuatnya punya posisi terhormat di dunia kuliner di Jakarta, dan mungkin di Indonesia.

Restonya selalu ramai dikunjungi. Sejak buka pada jam 8.00 pagi, hingga ditutup pada jam 23.00 malam, hampir tidak pernah kosong pengunjung di restonya. Mereka datang silih berganti. Hampir-hampir karyawan tidak punya cukup waktu untuk istirahat. Merekapun memaklumi kondisi resto yang selalu padat dengan pengunjung. Mereka bekerja keras, namun senang. Karena mereka tahu, akan mendapat reward yang sebanding dengan kerja keras mereka.

Pada hari-hari tertentu, atau saat malam Ahad, atau hari libur nasional, biasanya resto akan tutup lebih malam. Pada malam pergantian tahun baru, mereka baru tutup jam 3.00. Tapi keesokan harinya, mereka libur seharian.

Joy sadar, ia bukanlah pakar kuliner pada masa ini. Bukan pula chef handal yang menekuni proses mengolah makanan hingga disajikan di meja. Semua yang dilakukannya itu, berkat pengalaman masa kecil yang sering membantu ibunya memasak di dapur. Selain juga, kebiasaan ikut menyiapkan makanan di tempat warga yang punya hajatan. 

Bakat meramu bumbu dari bahan yang ada, itu semakin terasah saat kos, ketika melanjutkan kuliah di Jakarta. Beruntung, kosnya mempunyai dapur bersama yang bisa dipergunakan bagi anak kok yang ingin menyiapkan sendiri makanannya. Ia pun semakin lincah beraksi di dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun